Rotating X-Steel Pointer

Minggu, 28 Februari 2010

Silabus Mata Kuliah

Tuk Silabus Mata Kuliah :
1. Teori Akuntansi
2. Praktik-Praktik Akuntansi
3. Intermediate Accounting-1
4. Advanced Accounting-1
5. Perbankan
6. Seminar Akuntansi Keuangan
7. Pengantar Akuntansi-2


Segera menyusul teman-teman....!!!

Kritik dan Saran yang bersifat membangun
mohon di email ke :
agus_sudrajat84@yahoo.com
agus.sudrajat84@gmail.com
Terima Kasih tuk perhatiannya...

Silabus ALK-1

Silabus
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN-1


Identifikasi Mata Kuliah

Mata Kuliah : Analisa Laporan Keuangan-1
Jurusan : S1 Akuntansi
Semester : VI
Dosen Pengampu : M. Agus Sudrajat, SE

Course Description
Financial Statement Analysis is the art and science of examining the components of a company's monetary disclosures, called financial statements. It aims to help develop your ability to critically evaluate corporate financial representation and related information with form opinion about a firm's past, present and futures operation.

Course Objectives
To make the students to be able to analyse the unbiased reports and give them the meaning, and to learn how to mine rich veins of corporate discloses and turn them into a mother lode of knowledge. The students also would be trained to analyze historical results, interpret current operations, and forecast future performance

MATERI :
1.Introduction + Silabus
2.Ruang Lingkup Laporang Keuangan
3.Laporan Keuangan yang dibandingkan
4.Analisis trend dan Analisis Common Size Statement
5.Analisis Ratio Keuangan
6.Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
7.Analisis sumber dan Penggunaan Kas
8.MID TEST
9.Analisis Perubahan Pendapatan
10.Analisis BEP (Break Even Point)
11.Analisis Keputusan Investasi Modal-1
12.Analisis Keputusan Investasi Modal-2
13.Biaya Modal Leverage dan Struktur Modal-1
14.Biaya Modal Leverage dan Struktur Modal-2
15.Analisis pilihan Pembiayaan
16.FINAL TEST

REFERENSI :
1.Bergevin, Financial Statement Analysis, An Integrated Approach, Pearson Education, Inc., upper Saddle River, New Jersey, 2002
2.Amin Widjaja Tunggal, Drs, AK, MBA, Dasar-dasar Analisis Laporan Keuangan, Rineka Cipta, Jakarta, 1995
3.Bambang Subroto, Drs, AK, Analisis Laporan Keuangan, Liberty , Yogyakarta, 1985
4.Charles J. Woelfel, Memantau Kesehatan Perusahaan Melalui Laporan Keuangan, Abdi Tandur, Jakarta, 1997.
5.Djarwanto, Drs, Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan, BPFE, Yogyakarta, 1989.
6.Erich A. Helfert, Tekhnik Analisis Keuangan, Erlangga, Jakarta, 1996
7.S.Munawir, Drs, AK, Analisa Laporan Keuangan, Liberty, Yogyakarta, 1995.

Silabus AUDITING - 1

Silabus
PEMERIKSAAN AKUNTANSI - 1


I. IDENTIFIKASI MATA KULIAH

1.Nama Mata Kuliah : AUDITING-1
2.Jenjang / Jurusan : S1 / Akuntansi
3.Semester : VI
4.Dosen Pengampu : M. Agus Sudrajat, SE


II. SILABUS SINGKAT

Matakuliah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan dasar kepada mahasiswa mengenai pemeriksaan akuntansi (auditing) serta aplikasinya didunia kerja. Pembahasan matakuliah ini meliputi : Kebutuhan akan Jasa Audit dan Pelayanan Verifikasi (Assurance Service), Profesi Akuntan Publik, Laporan Audit, Etika Profesional, Kewajiban Hukum, Pertanggungjawaban dan Tujuan-tujuan Audit, Bukti Audit, Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis, Materialitas dan Risiko, Pengendalian Internal dan Risiko Kendali, Dampak Teknologi Informasi pada Proses Audit, Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit.

MATERI :
1.Introduction + Silabus
2.Kebutuhan akan Jasa Audit dan Pelayanan Verifikasi (Assurance Service)
3.Profesi Akuntan Publik
4.Laporan Audit
5.Etika Profesional
6.Kewajiban Hukum
7.Pertanggungjawaban dan Tujuan-tujuan Audit (Materialitas dan Risiko)
8.UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
9.Bukti Audit (Audit Evidence)
10.Kertas Kerja
11.Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis
12.Pengendalian Internal dan Risiko Kendali
13.Dampak Teknologi Informasi pada Proses Audit
14.Keseluruhan Rencana Audit dan Program Audit
15.Attribute & Variable Sampling untuk Pengujian
16.UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

REFERENSI :
1.Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley , 2001, "Auditing, An Assurance Service", 9 rd Edition, Pearson Education Inc, New Jersey
2.Alvin A. Arens, Randal J. Elder dan Mark S. Beasley , 2003, Edisi Bahasa Indonesia, “Auditing dan Pelayanan Verifikasi : Pendekatan Terpadu”, Edisi Kesembilan, Jilid 1, Indeks, Jakarta
3.Arens & Loebbecke, Adaptasi oleh : Amir Abadi Jusuf., "Auditing : Pendekatan Terpadu", Buku 1, Edisi Indonesia, 1999, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
4.Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik, "Standar Profesional Akuntan Publik", 2001, Penerbit Salemba Empat, Jakarta
5.Ikatan Akuntan Indonesia., "Standar Akuntansi Keuangan"., 2004 , Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
6.Mulyadi, "Auditing", Buku 1, Edisi 6, 2002, Penerbit Salemba Empat , Jakarta
7.Sukrisno Agoes, "Auditing (Pemeriksaan Akuntan) oleh Kantor Akuntan Publik", Jilid 1, Edisi kedua, 2000, Lembaga Penerbita FEUI, Jakarta

Jumat, 26 Februari 2010

MODUL TEORI AKUNTANSI

MODUL 1
SEJARAH PERKEMBANGAN AKUNTANSI


Kegiatan Belajar 1: Evolusi Pembukuan Berpasangan
Rangkuman
Para ahli sejarah sebagian besar mengakui bahwa sistem pencatatan telah ada pada peradaban kurang lebih 3000 sM. Bentuk pembukuan pada peradaban itu berkaitan dengan faktor-faktor, antara lain sistem penulisan, pengenalan angka arab dan desimal, aljabar, bahan-bahan penulisan yang murah, meningkatnya literasi, dan adanya medium pertukaran yang baku.

Orang pertama yang dikenal mengkodifikasikan akuntansi dengan mengulas tata buku berpasangan yang disebut Particularis de Computis et Scripturis adalah Luca Pacioli karena inilah tulisan pertama kali yang diterbitkan dan dipublikasikan dan masih relevan sampai sekarang. Kendatipun demikian peran para pedagang khususnya dari bangsa Arabia dan Mesir dalam penemuan akuntansi pertama kali tidak dapat diabaikan dengan bukti adanya praktik sistem buku berpasangan oleh pemerintahan islam pada abad ke-10.

Sumbangan masa Renaisans pada akuntansi, antara lain munculnya istilah-istilah akuntansi yang dipakai sampai saat ini, antara lain debt, debtor, debenture, debit, kredit, creed, dan credere. Selain itu mereka telah memulai pengembangan akuntansi biaya, accrual, deffered, dan audit neraca.

Kegiatan Belajar 2: Perkembangan Akuntansi di Amerika Serikat
Rangkuman
Empat fase perkembangan akuntansi di USA yang dapat diidentifikasisebagai berikut.

1. Fase pertama (1900-1933) manajemen sepenuhnya mengendalikan pemilihan informasi keuangan yang harus diungkapkan dalam laporan t Tahunan.
2. Fase kedua (1933-1959).
3. Fase ketiga (1959-1973) lembaga-lembaga profesional memainkan peranan signifikan dalam pengembangan prinsip-prinsip akuntansi.
4. fase keempat (1973-sekarang) Financial Accounting Standards Board (FASB) dan berbagai kelompok penekan mendorong terjadinya politisasi akuntansi.

Fase-fase tersebut mencerminkan dinamika penetapan standar akuntansi mulai dari ketergantungan pada inisiatif manajemen, kemudian peran aktif lembaga-lembaga profesional yang menerbitkan regulasi-regulasi sehingga sampai pada Financial Accounting Standards Board (FASB) yang mengutamakan pendekatan politis dalam akuntansi.

Kegiatan Belajar 3: Perkembangan Akuntansi di Indonesia
Rangkuman
Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari nuansa sejarah politik dan perdagangan di Indonesia. Pada dekade zaman penjajahan sampai 1955 cara untuk memperoleh gelar akuntan melalui pendidikan formal dan nonformal (kursus-kursus). Pada dekade 1955 sampai dengan 1979 gelar akuntan mulai diberikan. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 1954, diawali dengan pembukaan jurusan akuntansi di UI Tahun 1955 lulusan akuntansi pertama pada Tahun 1957.

Akan tetapi, UU tersebut ternyata mengandung kontroversi-kontroversi, yaitu bahwa:

1. yang diperbolehkan mendidik calon akuntan adalah universitas negeri di fakultas ekonominya, akibatnya mempunyai konsekuensi bahwa universitas swasta tidak dibenarkan menghasilkan akuntan;
2. pendidikan mengarah ke pendidikan akuntan publik.

Pada dekade 1980 sampai dengan 2000 pintu bagi lulusan PTS untuk memperoleh sebutan akuntan mulai dibuka melalui mekanisme Ujian Negara Akuntansi (UNA). Selain itu berdasarkan UU No. 21 Tahun 1989 seseorang dapat memperoleh gelar akuntan yang selanjutnya diubah menjadi sebutan akuntan dengan syarat seseorang itu telah bergelar Sarjana Ekonomi. Pada tahun 1997 izin praktik akuntan hanya diberikan bagi yang telah menempuh USAP setelah itu baru bisa mendapatkan BAP.

Pada akhirnya dekade 2001 sampai dengan sekarang lahirlah mekanisme baru seiring dengan terbitnya SK Mendikbud No. 056/U/1999 mulai September 2002 gelar akuntan bukan monopoli PTN bahkan sejak berlakunya SK Mendiknas 179/U/2001 mahasiswa S1 jurusan akuntansi PTN harus menempuh pendidikan di PPA paling lama 2 tahun barulah bisa menghasilkan gelar dan register akuntan. Sejak berlakunya SK itu PTN penghasil akuntan dibatasi sampai 31 Agustus 2004.

Akhirnya PPA bisa diselenggarakan oleh semua PT yang memenuhi syarat yang direkomendasikan IAI melalui panitia Ahli. Guna mendukung kelancaran penyelenggaraan PPA, Mendiknas mengeluarkan SK Mendiknas No. 180/P/2001 tentang pengangkatan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 2
METODOLOGI PENELITIAN AKUNTANSI


Kegiatan Belajar 1: Pendekatan Tradisional dalam Penyusunan Teori Akuntansi (Belkaoui)
Rangkuman
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi dan menjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai sekumpulan gagasan (konsep), definisi, dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan menjelaskan hubungan antarvariabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksi fenomena tersebut (Kerlinger: 1964).

Walaupun belum ada satu pun teori akuntansi yang komprehensif, namun berbagai teori akuntansi yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui sejumlah pendekatan yang berbeda. Untuk menjamin kejelasan, Belkaoui menyebutnya pendekatan tradisional untuk menyusun teori akuntansi dan telah mendapatkan pada tahap penerimaan dalam pendekatan teori akuntansi. Pendekatan yang dikemukakan oleh Belkaoui tersebut adalah sebagai berikut.

1. Nonteoretis, praktis, atau pragmatis (informal).
2. Teoretis:
a. deduktif;
b. induktif;
c. etis;
d. sosiologis;
e. economis; dan
f. eklektik.

Kegiatan Belajar 2: Pendekatan Penyusunan Teori Akuntansi (Hendriksen) dan Perspektif Penelitian Akuntansi
Rangkuman
Para akuntan telah mencoba banyak pendekatan untuk memecahkan pertanyaan-pertanyaan, seperti pertanyaan mengenai pengakuan pendapatan. Dalam modul ini akan digambarkan enam pendekatan, yaitu pajak, legal, etika, ekonomi, perilaku, dan struktural. Teori akuntansi itu sendiri dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, yaitu menurut tingkatannya (sintaktis, semantis, pragmatis), menurut dasar pemikirannya (deduktif, induktif), atau menurut sikap pendiriannya (normatif, positif). Setiap pendekatan terhadap pendefinisian teori akuntansi memerlukan metode verifikasi yang berbeda.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 3
PENCARIAN PRINSIP-PRINSIP

Kegiatan Belajar 1: Usaha-usaha Pertama dalam Pencarian Prinsip
Rangkuman
Banyak individu dan kelompok mulai bekerja pada Tahun 1930-an untuk menguak apa yang seharusnya mereka anggap sebagai prinsip-prinsip akuntansi. AAA bulan Juni 1936 menerbitkan monograf dengan judul A Tentative Statement of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements. (Pernyataan Sementara Prinsip-prinsip Akuntansi yang Mendasari Laporan Keuangan Perusahaan). Gilbert Byrne, dalam makalahnya menekankan bahwa prinsip-prinsip adalah kebenaran mendasar. Selanjutnya George May menanggapi dengan cepat pendapat Byrne bahwa prinsip-prinsip harus merupakan kebenaran mendasar.

Edisi berikutnya dari pernyataan AAA Tahun 1936 tidak membuat perubahan berarti dalam isi, tetapi yang agak menarik judulnya terus berubah yang menggambarkan keadaan teori akademik pada setiap waktu itu. Edisi 1941, misalnya menghapus kata sifat tentative dalam judul, sementara edisi 1948 mengganti istilah prinsip dengan istilah konsep dan standar. Seri monograf itu mengikuti arahnya Tahun 1957 dalam sebuah dokumen yang meringkaskan semua pekerjaan.

Pergeseran paling penting dalam pemikiran dasar akuntansi adalah perubahan dalam tujuan akuntansi dari menyajikan informasi ke manajemen dan kreditur menjadi menyajikan informasi keuangan untuk investor dan pemegang saham yang berdampak pada berikut ini.

1. Berkurangnya penekanan pada neraca sebagai laporan nilai-nilai.
2. Konsekuensi meningkatnya penekanan pada laporan laba rugi dan suatu konsep laba yang seragam.
3. Kebutuhan pengungkapan menyeluruh mengenai informasi yang relevan, dengan menyajikan laporan keuangan yang lebih lengkap dan meningkatkan penggunaan catatan kaki.
4. Penekanan pada konsistensi pelaporan, khususnya sehubungan dengan laporan laba rugi.

Menarik untuk dicatat bahwa perubahan-perubahan dalam pemikiran akuntansi ini bukan hasil langsung dari jatuhnya pasar saham atau depresi besar Tahun 1930-an, tetapi adalah akibat dari perubahan-perubahan institusional yang telah dimulai lebih awal dan yang belum di adaptasi oleh akuntan.

Kegiatan Belajar 2: Upaya-upaya Penting Lainnya dalam Rangka Pencarian Prinsip Akuntansi
Rangkuman
Proses pencarian prinsip akuntansi terus berlangsung. Mulai Tahun 1938, melalui publikasi Underhill Moore, A Statement of Accounting Principles, 14 yang ditujukan untuk menetapkan prinsip-prinsip dan aturan-aturan akuntansi yang mengatur apa yang seharusnya tampak di neraca dan laporan laba rugi dan dalam akun-akun yang menyusunnya, dan diakhiri dengan Accounting Concepts of Profit dari Stephen Gilman, pembahasan menyeluruh yang pertama mengenai teori akuntansi sejak pergeseran penekanan dari sudut pandang neraca ke laporan laba rugi, secara efektif menutup periode perkembangan teori akuntansi dalam periode ini. Akan tetapi, perdebatan atas berbagai kata-kata menyembunyikan masalah yang jauh lebih serius, yaitu siapa yang menentukan pengungkapan informasi keuangan dan dengan cara apa. Selanjutnya masuk pada era terbitnya Accounting Research Study mulai dari No. 1 dari Maurice Moonitz dan J.B. Canning, hingga No. ke 7 dari Paul Grady. Dinamisasi penerimaan dan penolakan terjadi di sini yang pada intinya ingin menemukan kesepahaman tentang pembentukan postulat dasar, perumusan prinsip-prinsip secara luas, pengembangan aturan atau pedoman lain untuk aplikasi prinsip dalam situasi-situasi khusus serta penelitian akuntansi.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 4
KERANGKA DASAR KONSEPTUAL


Kegiatan Belajar 1: Kerangka Konseptual FASB
Rangkuman
Kerangka konseptual bagi FASB adalah sebagai penuntun badan dalam mengembangkan standar akuntansi dan pelaporan karena konsep-konsep dasar tersebut memberikan dasar umum dan alasan mendasar untuk mempertimbangkan berbagai alternatif yang ada. Kerangka konseptual menghasilkan tujuan dan dasar-dasar praktik akuntansi maupun pelaporan keuangan yang ada sekarang.

Kerangka konseptual juga bermanfaat untuk memilih metode yang paling tepat untuk pelaporan aktivitas perusahaan. Konsep-konsep dasar memberikan pedoman untuk memilih alternatif yang mencerminkan posisi keuangan dan hasil operasi dengan cara yang paling akurat untuk suatu perusahaan dalam lingkungan tertentu. Selain itu kerangka konseptual membantu proses pelaporan agar memberikan hasil yang lebih baik.

Pada akhirnya kerangka FASB menggabungkan berbagai konsep dan prinsip yang diterima secara luas yang telah dikembangkan dalam hasil kerja terdahulu. Di samping itu, beberapa asumsi lama yang mendasari praktik akuntansi diakui secara eksplisit maupun implisit di dalam kerangka tersebut.

Kegiatan Belajar 2: Tujuan-tujuan Akuntansi
Rangkuman
Masalah yang timbul dan sekaligus sebagai sorotan atas tujuan yang dikeluarkan FASB adalah bias pada tiga (3) hal pokok, yaitu tujuan pemakai, kelompok pemakai dan akuntabilitas. Dari hal itulah FASB mencoba memperbaiki dengan menampilkan karakteristik kualitatif laporan akuntansi yang disusun dalam suatu hierarki kualitas akuntansi, meliputi manfaat dan biaya, relevansi, nilai umpan balik, ketetapan waktu, relevansi informasi dan data, kenetralan, daya banding (tergantung pada keseragaman dan konsistensi), materirialitas, dan konsep fundamental yang mencakup satuan usaha, kelangsungan hidup usaha, periodisitas, ketidakpastian dan konservatisme, dan moneter.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 5
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI


Kegiatan Belajar 1: Sifat Struktur Teori Akuntansi
Rangkuman
Pembentukan suatu kerangka teori akuntansi dapat didekati melalui pendekatan induktif dan deduktif. Littleton dalam pendekatan induktif menyarankan suatu kerangka yang dapat dipergunakan untuk mengubah rule of action menjadi accounting principles. Dalam pendekatan deduktif, kerangka penalaran logis harus cukup formal untuk memungkinkan diperolehnya kesepakatan tentang metode argumentatif yang dipergunakan. Selain pendekatan itu terdapat pendekatan normatif dan deskriptif.

Pendekatan dan metode apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi (deduktif atau induktif, normatif atau deskriptif), struktur teori akuntansi terdiri dari pernyataan tujuan laporan keuangan, pernyataan postulat dan konsep teoretis akuntansi, pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep teoretis, dan batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.

Belkaoui, Moonitz, dan Hendriksen masing-masing telah mengemukakan pendapat tentang elemen teori akuntansi dan postulat yang sekarang menjadi acuan para teoretisi maupun praktisi akuntansi yang selanjutnya akan dibahas pada Kegiatan Belajar 2.

Kegiatan Belajar 2: Postulat, Konsep, dan Prinsip Akuntansi
Rangkuman
Elemen pertama teori akuntansi yang dikemukakan oleh Belkaoui adalah postulat akuntani yang terdiri atas postulat-postulat entitas, kelangsungan usaha, unit pengukur, dan periode akuntansi. Elemen kedua adalah konsep teoretis akuntansi yang terdiri atas teori-teori kepemilikan (proprietary theory), entitas (entity theory), dan dana (fund theory). Elemen ketiga atau terakhir adalah prinsip-prinsip akuntansi yang terdiri tas prinsip-prinsip kos (cost principle), revenue (revenue principle), penandingan (matching principle), objektivitas (objectivity principle), konsistensi (concistency principle), pengungkapan penuh (full disclosure), konservatisme (conservatism principle), materialitas (materiality principle), dan keseragaman dan kompabilitas (unformity and comparibility principle).

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 6
PENDAPATAN, KEUNTUNGAN, BEBAN, DAN KERUGIAN


Kegiatan Belajar 1: Pendapatan dan Keuntungan
Rangkuman
Pendapatan (revenue) secara umum didefinisikan sebagai hasil dari suatu perusahaan yang biasa diukur dengan satuan harga pertukaran yang berlaku dan diakui ketika pendapatan itu telah direalisasikan atau dihasilkan. Menurut IAI, pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa dikenal dengan sebutan berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa (fee), bunga, dividen, royalti, dan sewa (IAI,23.1). Pada definisi yang lain pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal (IAI, 23.2)

Keuntungan menurut FASB adalah kenaikan dalam ekuitas dari kegiatan periferal atau insidental. Oleh karena itu, keuntungan bagi sebagian perusahaan akan mencakup laba dari kegiatan, seperti penjualan tanah, dan harta lain sewaktu-waktu termasuk kenaikan dalam ekuitas yang dihasilkan dari sumbangan dan keuntungan lain yang tidak disangka-sangka.

Kegiatan Belajar 2: Beban dan Kerugian
Rangkuman
Beban lebih tepat didefinisikan sebagai penggunaan barang atau jasa dalam proses perolehan pendapatan. Menurut FASB beban berhubungan dengan operasi utama perusahaan, sedangkan kerugian berasal dari kejadian yang insidental bagi operasi perusahaan. Oleh karena itu, kerugian harus dibatasi pada arti pemakaian atau penghapusan biaya yang tidak berhubungan dengan pendapatan dari suatu periode.

Beban diukur secara umum dengan biaya historis. Pengukuran sekarang dan biaya kesempatan dari ekivalen kas masa kini.

Beban diakui ketika produk atau jasa dikonsumsi atau digunakan dalam proses perolehan pendapatan, dan dilaporkan bersama, mengikuti atau mendahului penggunaan barang atau jasa tersebut.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 7
AKTIVA DAN PENGUKURANNYA


Kegiatan Belajar 1: Proses Pengukuran dan Ukuran Masukan
Rangkuman
Sejarah pengukuran aktiva, saat ini mengkristal ke dalam dua pandangan yang menurut FASB adalah pandangan pendapatan-beban (revenues-expenses) versus pandangan aktiva-kewajiban (assets-liabilities). Fakta sebuah pertentangan antara pihak historicus dan futuris.

Pengukuran dalam akuntansi adalah proses memberikan jumlah moneter kuantitatif yang berarti pada objek atau peristiwa yang berkaitan dengan suatu badan usaha dan diperoleh sedemikian rupa sehingga jumlah itu sesuai untuk agregrasi atau diagregrasi, seperti yang disyaratkan untuk situasi-situasi tertentu.

Dua jenis harga perukaran yang dikenal, yaitu pertama nilai keluaran yang mencerminkan dana yang diterima oleh suatu perusahaan yang didasarkan terutama pada harga pertukaran untuk 1 (satu) produk atau keluaran perusahaan. Kedua harga atau nilai masukan yang mencerminkan ukuran imbalan yang diserakan untuk memperoleh aktiva yang digunakan oleh suatu perusahaan dalam operasinya.

Ukuran masukan menunjukkan jumlah kas atau nilai imbalan lainnya yang dibayarkan ketika suatu aktiva atau manfaatnya memasuki perusahaan dalam suatu pertukaran atau konversi. Nilai ini dapat didasarkan pada pertukaran masa lalu (historical input cost), pertukaran masa berjalan (current input cost), atau pertukaran masa depan yang diharapkan (discounted future input cost).

Kegiatan Belajar 2: Ukuran-ukuran Keluaran dan Tujuan Pengukuran
Rangkuman
Harga keluaran menunjukkan jumlah kas atau nilai imbalan lainnya yang diterima ketika aktiva atau manfaatnya meninggalkan perusahaan dalam suatu pertukaran atau konversi. Nilai penerimaan kas yang diharapkan yang didiskontokan untuk aktiva merupakan ukuran yang paling diperhatikan bila menggunakan ukuran-ukuran keluaran.

Aktiva mempunyai harga pertukaran yang kemungkinan akan diterima dalam periode tertentu di masa depan, aktiva itu harus diperlakukan sama, seperti piutang. Menurut pendekatan ini, persediaan harus dimasukkan sebesar harga jualnya, bukan sebesar harga biasanya. Penggunaan harga keluaran ini dibenarkan bila aktiva dapat segera direalisasi.Terdapat lima pendekatan dalam menilai harga keluaran yaitu:

1. nilai realisasi bersih;
2. setara kas masa berjalan;
3. konsep nilai likuidasi;
4. penerimaan kas atau potensi jasa masa depan yang didiskontokan,
5. ukuran nilai terendah antara biaya dan pasar (lower-of-cost-or-market measures).

Secara keseluruhan tujuan-tujuan pengukuran aktiva dibagi menjadi tiga kategori, yaitu sintaksis, semantis, dan pragmatis.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 8
PENGUNGKAPAN


Kegiatan Belajar 1: Stakeholders dan Tingkatan Pengungkapan
Rangkuman
Sesuai dengan salah satu tujuan dasar akuntansi yang ingin dicapai dari akuntansi adalah penyajian informasi yang cukup sehingga perbandingan dari hasil yang diharapkan dapat dilakukan. Kemungkinan membandingkan dapat dicapai, paling tidak dengan dua cara sebagai berikut.

1. penyajian pengungkapan (disclosure) yang cukup mengenai pengukuran dan penghitungan angka-angka akuntansi;
2. memberikan kemungkinan kepada investor untuk melakukan rangking dari pelbagai masukan ke dalam decision models-nya.

Penyajian informasi ini ditujukan sebagai bukti pertanggungjawaban kepada stakeholders, yaitu pemegang saham, kreditur, karyawan, pelanggan, pemerintah, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan yang melebihi kepentingan-kepentingan yang sangat mendasar (Choi dan Mueller, 1992).

Tiga konsep pengungkapan yang umum diusulkan, yaitu sebagai berikut.

1. Pengungkapan yang cukup (adequate).
2. Wajar (fair).
3. Lengkap (full).

Pengertian umum tingkatan pengungkapan adalah penyampaian informasi. Secara terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya laporan tahunan. Arti yang lebih sempit, pengungkapan mencakup hal-hal, seperti pembahasan dan analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap.

FASB, menyatakan informasi yang diungkapkan dalam laporan harus dapat dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian yang memadai mengenai aktivitas bisnis dan ekonomi serta mau mempelajari informasi tersebut dengan ketekunan sewajarnya. Tingkatan pengungkapan juga tergantung pada standar yang dianggap paling diinginkan. Selain itu informasi menurut FASB haruslah relevan, tepat waktu, dan dapat dimengerti. Informasi juga harus andal, netral, dan disajikan dengan jujur. Asumsinya adalah informasi memiliki karakteristik-karakteristik ini, dan informasi itu akan bermanfaat bagi masyarakat.

Kegiatan Belajar 2: Bentuk-bentuk Pengungkapan
Rangkuman
Bentuk-bentuk pengungkapan yang dikenal di antaranya ramalan keuangan. Melalui publikasi ramalan manajemen secara teratur kemungkinan akan membantu pengambilan keputusan investasi. Dengan dipublikasikannya ramalan informasi akuntansi keuangan dan informasi lain yang berhubungan dengan perusahaan, asumsi-asumsi dasar yang berhubungan dengan perekonomian dan

faktor-faktor eksternal perlu diungkapkan agar pemakai ramalan dapat mengevaluasi keandalannya dengan baik.

Bentuk pengungkapan lainnya adalah kebijakan akuntansi baik yang konsisten dijalankan maupun perubahan akuntansi yang mencakup perubahan dalam prinsip akuntansi, dalam estimasi akuntansi, dan dalam satuan usaha yang melaporkan. Hal lain yang tidak kalah penting adalah pengungkapan peristiwa pascalaporan yang pengungkapannya didasarkan berapa besar dampak dan pengaruhnya terhadap kualitas informasi keuangan yang disampaikan.

Terakhir adalah pernyataan SFAS 14 yang mengharuskan penyajian (dalam kasus-kasus tertentu) informasi mengenai operasi perusahaan dalam berbagai industri yang berlainan, operasi luar negeri dan penjualan ekspor, serta pelanggan-pelanggan utamanya. Hal tersebut didorong oleh trend pertumbuhan, keragaman operasi, dan risiko yang tidak dapat dievaluasi secara memadai dari data agregasi. Hanya saja terdapat permasalahan akuntansi ketika harus melaporkan secara tersegmentasi, yaitu logika pengungkapan untuk tujuan pelaporan. Masalah berikutnya adalah saat pengalokasian biaya gabungan (joint cost).

Kegiatan Belajar 3: Metode-metode Pengungkapan
Rangkuman
Metode-metode pengungkapan yang umum dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

1. Bentuk dan susunan laporan formal.
2. Terminologi dan penyajian yang terinci.
3. Informasi parentesis (dalam tanda kurung).
4. Catatan kaki.
5. Laporan dan daftar pelengkap.
6. Komentar dalam laporan auditor.
7. Surat direktur utama atau ketua dewan komisaris.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.


MODUL 9
AKUNTANSI SOSIAL


Kegiatan Belajar 1: Ruang Lingkup Akuntansi Sosial
Rangkuman
Akuntansi sosial merupakan penerapan pendekatan sosiologis yang ditujukan untuk mendorong perusahaan yang berfungsi dalam sistem pasar besar untuk mempertanggungjawabkan dampak kegiatannya pada lingkungan, melalui pengukuran internalisasi dan pengungkapan dampak sosial dalam laporan akuntansinya.

Akuntansi sosial adalah pengukuran dan pelaporan, internal atau eksternal yang menginformasikan pengaruh kepedulian perusahaan terhadap kegiatan masyarakat (Estes, 1976). Karakteristik akuntansi sosial adalah:

1. penilaian dampak sosial aktivitas organisasi perusahaan;
2. pengukuran efektivitas program-program sosial perusahaan;
3. pelaporan pertanggungjawaban sosial perusahaan;
4. sistem informasi untuk menilai kinerja sosial dan ekonomi perusahaan secara menyeluruh.

Akuntansi sosial bertujuan untuk mengukur dan mengungkapkan social benefit dan social cost yang ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan perusahaan tersebut kepada masyarakat. Secara lebih tepat dapat dikatakan bahwa tujuan akuntansi sosial ini adalah untuk meng-internalize social cost dan social benefit sehingga hasil yang lebih relevan dapat ditentukan.

Ruang lingkup socio-economic accounting mencakup akuntansi bagi dampak sosial pada tingkat mikro dan makro. Microsocio-economic accounting ditujukan untuk mengukur dalam melaporkan dampak perilaku perusahaan terhadap lingkungan. Microsocio-economic accounting mencakup evaluasi, pengukuran, dan pengungkapan kinerja sosial secara makro.

Kegiatan Belajar 2: Pelaporan Akuntansi Sosial
Rangkuman
Tujuan penyajian informasi akuntansi pertanggungjawaban sosial adalah:

1. mengidentifikasikan dan mengukur sumbangan sosial neto periodik pada suatu perusahaan yang meliputi biaya dan manfaat yang diinternalisasikan ke dalam perusahaan dan dari eksternalitas yang mempengaruhi bagian-bagian sosial yang berbeda;
2. membantu menentukan apakah praktek-praktek dan strategi perusahaan yang secara langsung mempengaruhi sumber daya relatif dan keadaan sosial adalah konsisten dengan prioritas-prioritas sosial yang secara luas dicanangkan di satu pihak dan aspirasi-aspirasi para individu di lain pihak;
3. menyediakan dengan cara yang optimal bagi semua kelompok sosial informasi yang relevan mengenai tujuan, kebijakan, program, kinerja, dan sumbangan perusahaan kepada tujuan-tujuan sosial (Ramanathan dalam Glautier dan Underdown:1986).

Ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mempedomani ukuran yang dapat dipakai dalam pelaporan akuntansi pertanggungjawaban sosial, yaitu:

1. pendekatan deskriptif;
2. pendekatan biaya yang dikeluarkan;
3. pendekatan biaya manfaat (Estes dalam Seidler: 1975).

Berbicara akuntansi sosial berarti membahas eksternalitas. Dampak eksternalitas timbul bila fungsi kegunaan (faedah) atau produksi seseorang tergantung pada kegiatan orang lain. Eksternalitas ini ada yang berdampak positif ada pula yang negatif. Lebih lanjut menurut Hsufshmidt dan kawan-kawan (1983:45) eksternalitas yang mempengaruhi kualitas lingkungan muncul bila dampak biaya dan manfaat sosial terhadap lingkungan tidak dipertimbangkan oleh orang atau sekelompok orang yang mengakibatkan dampak tersebut.

Daftar Pustaka

* Belkaoui, Ahmed Riahi. (2001). Teori Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.
* Hendriksen. (2000). Accounting Theory. 9th Edition.

Profesi Akuntan Publik dan Pelaporannya

Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan.
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.

Laporan Audit
Laporan audit merupakan alat yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, makna setiap kalimat yang tercantum dalam laporan audit baku dapat digunakan untuk mengenal secara umum profesi akuntan publik.
Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat. Paragraf pengantar berisi objek yang diaudit oleh auditor dan penjelasan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama paragraf pengantar yang berbunyi “Kami telah mengaudit neraca PT X tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 serta laporan laba-rugi, laporan ekuitas, serta laporan arus kas untuk tahun yang terakhir pada tanggal-tanggal tersebut” berisi tiga hal penting berikut ini; (1) Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit atas laporan keuangan tersebut, (2) Objek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan keuangan kliennya, yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan ekuitas, laporan arus kas.
Kalimat kedua dan ketiga, paragraf pengantar berbunyi “Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami”. Tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan terletak di tangan manajemen, bukan di tangan auditor.
Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan dan beberapa penjelasan tambahan tentang standar auditing tersebut. Di samping itu, paragraf lingkup juga berisi suatu pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Kalimat pertama dalam paragraf lingkup laporan audit baku berbunyi, “Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia”. Dalam kalimat ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan yang telah dilaksanakan bukan sembarang audit, melainkan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi auditor, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia. Di samping itu, kalimat kedua dalam paragraf lingkup tersebut menyampaikan pesan bahwa:
1.dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar pengujian, bukan atas -dasar perneriksaan terhadap seluruh bukti;
2.pemahaman yang memadai atas pengendalian intern merupakan dasar untuk menentukan jenis dan lingkup pengujian yang dilakukan dalam audit;
3.lingkup pengujian dan pemilihan prosedur audit ditentukan oleh pertimbangan auditor atas dasar pengalamannya;
4.dalam auditnya, auditor tidak hanya melakukan pengujian terbatas pada catatan akuntansi klien, namun juga menempuh prosedur audit lainnya yang dipandang perlu oleh auditor.
Paragraf pendapat digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya atas kewajaran laporan keuangan auditan, berdasarkan kriteria prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dan konsistensi penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun yang diaudit dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun sebelumnya. Ada empat kemungkinan pernyataan pendapat auditor, yaitu:
1.auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion);
2.auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion;
3.auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion);
4.auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion).
Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar ini mengatur keahlian dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang memenuhi syarat untuk melakukan auditing, sikap mental independen yang harus dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

Tipe Audit dan Auditor

Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan kepatuhan entitas yang diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Audit operasional merupakan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dengan tujuan untuk; (1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, (3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Etika Profesional Profesi Akuntan Publik

Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.
Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari berikut ini.
100 Independensi, Integritas dan Objektivitas
200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi
300 Tanggung Jawab kepada Klien
400 Tanggung Jawab kepada, Rekan Seprofesi
500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain

Rabu, 24 Februari 2010

Silabus SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Silabus
SISTEM INFORMASI AKUNTANSI
STT DHARMA ISWARA MADIUN


Dosen Pengampu

M. Agus Sudrajat, SE
Email :
agus_sudrajat84@yahoo.com
agus.sudrajat84@gmail.com
Website :
http://magussudrajat.blogspot.com/

Deskripsi

Mata kuliah sistem informasi akuntansi mencakup berbagai macam konsep teknologi informasi yang diterapkan pada sistem akuntansi yang meliputi siklus penyusunan laporan keuangan, penjualan, pembelian dan sebagainya. Pembahasan akan difokuskan pada aplikasi teknologi informasi dan unsur pengendaliannya. Selain itu juga akan dibahas tentang teknik pengelolaan data, data modeling, serta pengembangan SIA. Dan Mahasiswa akan bersimulasi dengan data akuntansi dan bereksplorasi dengan beberapa perangkat lunak akuntansi yang beredar di pasaran seperti aplikasi MYOB Accounting v.13.

Tujuan
1. Memberikan pemahaman tentang SIA
2. Memberikan pemahaman tentang konsep sistem informasi akuntansi sebagai penyedia informasi untuk pengambilan keputusan.
3. Memberikan pemahaman terhadap komponen yang membentuk SIA
4. Memberikan pemahaman tentang siklus-siklus akuntansi yang telah menerapkan teknologi informasi dan sistem pengendalian yang diperlukan serta memberikan pemahaman cara mengembangkan SIA melalui metodologi pengembangan sistem yang tersedia
5. Mengenal beberapa perangkat lunak akuntansi yang tersedia dalam hal ini adalah MYOB (Mind your own business) Accounting v.13
6. Mampu memahami kebutuhan pengguna, dengan mengacu pada perangkat lunak yang telah beredar di pasaran, sehingga jika suatu saat mahasiswa tersebut akan membuat program infokom bagi perusahaan, mahasiswa telah memiliki gambaran mengenai apa yang perlu mereka rancang.

Prasayarat Mata Kuliah
Bagi mahasiswa yang akan menempuh mata kuliah ini diharapkan sudah memiliki pemahaman tentang Sistem Akuntansi dan pengetahuan dasar komputer

Metode Kuliah

Dosen pengampu mempunyai komitmen untuk membuat mahasiswa memahami materi yang akan diberikan di proses belajar-mengajar, sehingga tujuan matakuliah ini dapat tercapai. Dosen menuntut mahasiswa mempunyai sasaran yang sama, yaitu komitmen untuk mempelajari dan memahami materi yang diberikan, sehingga tercapai suatu goal congruence antara dosen dan mahasiswa.
Mekanisme perkuliahan akan ditekankan pada suatu model diskusi dan tutorial. setiap temu kelas, mahasiswa diharuskan untuk membaca materi kuliah terlebih dahulu sebelum acara tatap muka.

Penilaian

Presensi Absensi 20%
Tugas Akhir MYOB 30%
Mid Test 25%
Ujian Akhir 25%
Total 100%


Konversi penilaian
85-100 A
75-84 B
56-74 C
40-55 D
0-39 F

Buku Acuan
1. Wilkinson, J.W.; M. J. Cerullo; V. Raval; Bernard WW. Accounting Information Systems: Essential Concepts and Applications, New York, NY: John Wiley & Sons, Inc., Fourth edition, 2000.
2. Modul-modul MYOB Accounting v.13

Buku Anjuran
1. Bodnar., George H. And William S. Hopwood, Accounting Information Systems, New Jersey: Prentice Hall, Inc., Eighth Edition, 2000.
2. Amir Abadi Yusuf, Rudi M. Tumbunan, 2000. Sistem Informasi Akuntans, Edisi Indonesia, Buku Satu, Jakarta: Salemba Empat
3. James A. Hall, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Indonesia, Jakarta: Salemba Empat
4. Zaki Baridwan, 2001. Sistem Informasi Akuntansi, Yogyakarta: BPFE


Rencana Kuliah


1 Penjelasan Silabus dan introduction
2 The Study of AIS (tinjauan sekilas)
3 Pengenalan Pemrosesan Transaksi SIA (Siklus Pendapatan, Siklus Pengeluaran, Siklus Produksi, dan Siklus Keuangan)
4 Pengenalan Aplikasi MYOB
5 Load Beginning Balance Perusahaan Jasa
Agging Receivable & Agging Payable
6. Menu Account (Buku Besar) & Jurnal Umum
7 MID TEST
8 Account Banking (Jurnal Khusus Penerimaan dan pengeluaran Kas)
9 Account Sales (Jurnal Khusus Penjualan)
10 Account Purchase (Jurnal Khusus Pembelian)
11 Account Payroll & Time Billing
12 Account Card File/File Management & Recuring
13 Load Beginning Balance Perusahaan Dagang/Manufacture
14 Account Inventory (Persediaan/inventaris)
15 Analisa Laporan keuangan MYOB
16 FINAL TEST

Kamis, 18 Februari 2010

Perubahan Estimasi Akuntansi, Kesalahan Mendasar dan Perubahan Kebijakan Akuntansi

Perubahan Estimasi Akuntansi
22 Sebagai akibat ketidakpastian aktivitas usaha, banyak unsur laporan
keuangan yang tidak dapat diukur dengan tepat tetapi hanya dapat
diestimasi. Proses estimasi mempertimbangkan informasi terakhir yang
tersedia. Estimasi diperlukan, sebagai contoh, untuk penyisihan piutang
sangsi (bad debts), keusangan persediaan dan masa manfaat dari aktivayang
dapat disusutkan. Penggunaan estimasi yang wajar adalah bagian yang
esensial dari penyusunan laporan keuangan dan tidak melemahkan
keandalannya.
23 Suatu estimasi mungkin harus direvisi jika ada perubahan kondisi yang
mendasari estimasi tersebut, atau karena adanya informasi baru,
bertambahnya pengalaman atau perkembangan lebih lanjut. Revisi atas
estimasi tersebut, pada hakekatnya tidak menyebabkan perlunya
penyesuaian dalam batasan pengertian dari suatu pos luar biasa atau
kesalahan mendasar.
24 Apabila sulit untuk memisahkan antara perubahan kebijakan akuntansi
dan perubahan estimasi akuntansi, perubahan tersebut diperlakukan sebagai
suatu perubahan estimasi akuntansi, dengan pengungkapan yang layak.
25 Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam
perhitungan laba atau rugi bersih dalam:
(a) periode perubahan tersebut, jika perubahan tersebut hanya
mempengaruhi periode tersebut; atau
(b) periode perubahan tersebut dan periode-periode yang akan datang, jika
perubahan tersebut mempengaruhi keduanya.
26 Suatu perubahan dalam estimasi akuntansi dapat hanya mempengaruhi
periode berjalan ataupun mempengaruhi baik periode berjalan maupun
periode-periode yang akan datang. Sebagai contoh, perubahan dalam
estimasi masa manfaat aktiva yang dapat disusutkan akan mempengaruhi
beban penyusutan pada periode berjalan dan pada setiap periode selama
masa manfaat yang tersisa dari aktiva tersebut. Dalam kedua hal tersebut
diatas, pengaruh dari perubahan yang berhubungan dengan periode berjalan
diakui sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan. Pengaruhnya
pada periode-periode yang akan datang, jika ada, diakui pada periodeperiode
yang akan datang .
27 Pengaruh perubahan estimasi akuntansi harus dimasukkan dalam
klasifikasi laporan laba rugi yang sama dengan yang digunakan sebelumnya
untuk estimasi tersebut.
28 Untuk mempertahankan daya banding laporan keuangan dari periodeperiode
yang berbeda, pengaruh perubahan estimasi akuntansi yang
sebelumnya tercakup dalam laba atau rugi dari aktivitas normal harus
tercakup dalam unsur laba atau rugi bersih tersebut; pengaruh perubahan
estimasi akuntansi yang sebelumnya dimasukkan pada pos luar biasa harus
dilaporkan sebagai unsur pos luar biasa.
29 Hakekat dan jumlah suatu perubahan estimasi akuntansi yang mempunyai
pengaruh material dalam periode berjalan, atau yang diharapkan akan
mempunyai pengaruh material dalam periode-periode berikutnya harus
diungkapkan. Jika untuk menghitung jumlahnya dianggap tidak praktis,
kenyataan ini harus diungkapkan.


Kesalahan Mendasar
30 Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau lebih
periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode berjalan.
Kesalahan mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta,
kecurangan atau kelalaian. Koreksi atas kesalahan tersebut biasanya
dimasukkan dalam perhitungan laba atau rugi bersih untuk periode berjalan.
31 Suatu kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih
laporan keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan
tersebut tidak dapat diandalkan lagi pada tanggal penerbitannya. Contoh
suatu kesalahan yang mendasar adalah penemuan bahwa laporan keuangan
periode sebelumnya memasukkan jumlah pekerjaan dalam proses dan
piutang yang fiktif dan nilainya material. Pertanggungjawaban atas kesalahan
mendasar yang terjadi dapat dilakukan dengan menyatakan kembali
informasi yang berkaitan secara komparatif untuk mengoreksi kesalahan
mendasar tersebut atau dengan menyajikan informasi tambahan secara
proforma.
32 Koreksi kesalahan yang mendasar dapat dibedakan dari perubahan
estimasi akuntansi. Estimasi akuntansi pada hakekatnya adalah suatu
taksiran (approximations) yang mungkin perlu direvisi dengan adanya
informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya. Misalnya,
untung atau rugi yang diakui sebagai akibat suatu kontinjensi, yang
sebelumnya tidak dapat diperkirakan secara akurat, atau perubahan dalam
taksiran masa manfaat dan nilai sisa aktiva tetap yang disusutkan bukan
merupakan koreksi atas kesalahan mendasar.
33 Dalam mengkoreksi suatu kesalahan yang mendasar, jumlah koreksi yang
berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan saldo laba awal periode. Informasi komparatif harus
dinyatakan kembali, kecuali jika untuk melaksanakannya dianggap tidak
praktis.
34 Laporan keuangan yang menyajikan informasi komparatif untuk periode
sebelumnya, disajikan seolah-olah kesalahan yang mendasar telah dikoreksi
dalam periode di mana kesalahan tersebut dibuat. Oleh karena itu, jumlah
koreksi yang berhubungan dengan setiap periode dimasukkan dalam
perhitungan laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan. Jumlah koreksi
yang berhubungan dengan periode-periode sebelum periode yang tercakup
dalam informasi komparatif, disesuaikan pada saldo laba awal periode dalam
periode yang paling awal.
Informasi-informasi lain yang dilaporkan mengenai periode sebelumnya,
seperti ikhtisar data keuangan historis, juga dinyatakan kembali.
35 Penyataan kembali informasi komparatif tidak perlu mengubah laporan
keuangan yang telah disetujui oleh para pemegang saham atau yang telah
tercatat atau disimpan oleh pihak-pihak yang berwenang, sepanjang
persyaratan yang ditentukan oleh peraturan perundangan telah diperhatikan.
36 Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut:
(a) hakekat kesalahan mendasar;
(b) jumlah koreksi untuk periode berjalan dan periode-periode sebelumnya;
(c) jumlah koreksi yang berhubungan dengan periode-periode sebelum
periode yang tercakup dalam informasi komparatif; dan
(d) kenyataan bahwa informasi komparatif telah dinyatakan kembali atau
kenyataan bahwa informasi komparatif tidak praktis untuk dinyatakan
kembali.


Perubahan Kebijakan Akuntansi
37 Pemakai laporan keuangan harus dapat memperbandingkan laporan
keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi
kecenderungan posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan tersebut.
Oleh karena itu, kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara
konsisten pada setiap periode.
38 Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya jika
penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan oleh
peraturan perundangan atau standar akuntansi keuangan yang berlaku, atau
jika diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan menghasilkan penyajian
kejadian atau transaksi yang lebih sesuai dalam laporan keuangan suatu
perusahaan.
39 Penyajian suatu kejadian atau transaksi akan lebih tepat jika kebijakan
akuntansi yang baru menghasilkan informasi yang lebih relevan atau dapat
dipercaya mengenai posisi keuangan,-kinerja atau arus kas suatu
perusahaan.
40 Hal-hal berikut bukan merupakan perubahan dalam kebijakan akuntansi:
(a) penerapan suatu kebijakan akuntansi atas suatu kejadian atau transaksi
yang berbeda substansinya dengan kejadian atau transaksi yang
sebelumnya terjadi; dan
(b) penerapan suatu kebijakan akuntansi baru atas suatu kejadian atau
transaksi yang belum pernah terjadi sebelum nya, atau yang dampaknya
tidak material.
41 Suatu perubahan kebijakan akuntansi dapat diterapkan secara retrospektif
ataupun secara prospektif, sesuai dengan yang diatur dalam Pernyataan ini.
Penerapan yang retrospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang baru
diterapkan seolah-olah kebijakan akuntansi tersebut telah digunakan
sebelumnya. Karena itu, kebijakan akuntansi yang baru diterapkan pada
kejadian atau transaksi sejak tanggal terjadinya kejadian atau transaksi
tersebut. Penerapan yang prospektif berarti bahwa kebijakan akuntansi yang
baru diterapkan pada kejadian atau transaksi yang terjadi setelah tanggal
perubahan. Tidak ada penyesuaian yang berhubungan dengan periode
sebelumnya yang dilakukan baik pada saldo laba awal periode (retained
earnings) atau dalam pelaporan laba atau rugi bersih untuk periode sekarang,
karena saldo yang ada tidak dihitung kembali.

Investasi Lewat Barang Koleksi

Tabungan? Bukankah tabungan adalah tempat menyimpan uang saja, dan bukan untuk investasi? Oh, tidak begitu menurut saya. Tabungan di Bank, selain tempat untuk menyimpan dana Anda sehari-hari, sebetulnya juga bisa Anda jadikan tempat berinvestasi. Jadi ada dua macam kegunaan orang dalam menggunakan tabungan di bank, pertama sebagai tempat menyimpan uang untuk kebutuhan dana sehari-hari, dan yang kedua adalah sebagai tempat investasi. Tergantung yang mana yang Anda pilih.

Pendeknya, segala macam tempat yang bisa Anda taruh sejumlah dana dan bisa mendapatkan hasil investasi dari situ (baik berupa bunga maupun selisih harga jual dan beli), maka Anda layak menyebutkannya sebagai sebuah produk investasi. Termasuk produk tabungan di bank sekalipun.

Apa lagi selain tabungan? Ada deposito. Deposito juga merupakan produk investasi yang mungkin sering Anda gunakan untuk membiakkan uang Anda, karena deposito dianggap sebagai produk yang sangat aman ­ sepanjang bank Anda tidak bangkrut dan uang Anda dijamin.

Tapi, selain tabungan dan deposito yang memang sudah populer, pernahkah Anda berpikir untuk berinvestasi ke dalam barang-barang koleksi?

Barang-barang koleksi? Wah, jenis investasi apa lagi itu? Begitu mungkin Anda bertanya.

Barang-barang koleksi adalah sebutan bagi barang-barang yang umumnya sering dikoleksi orang. Kenapa orang mau mengoleksinya? Sederhana saja. Salah satu sebabnya adalah karena barang-barang tersebut dianggap memiliki nilai khusus. Apa saja contoh barang yang dianggap memiliki nilai khusus itu? Oh, banyak sekali. Contoh salah satunya yang paling sering kita lihat adalah perangko.

Memiliki Nilai Seni Tersendiri

Ngomong-ngomong soal perangko, saya yakin hampir semua dari Anda tahu apa itu perangko. Bagi Anda yang rajin mengirim surat (termasuk mengirim surat ke NOVA), paling tidak pastilah menggunakan perangko. Kalau Anda perhatikan, perangko terdiri dari berbagai macam terbitan. Entah itu terbitan tahun 50-an, 60-an, 70-an, sampai tahun 2000 pun juga ada.

Masing-masing terbitan memiliki tampilannya sendiri-sendiri. Namun demikian, kebanyakan perangko memiliki tampilan berupa gambar atau lukisan. Dengan demikian, melihat perangko sama ibaratnya seperti kita melihat lukisan dalam ukuran kecil. Karena itulah banyak sekali orang yang memutuskan untuk mengoleksi perangko, mengingat gambar-gambar yang ada di perangko memiliki nilai seni tersendiri sehingga orang-pun betah berlama-lama untuk melihat dan menikmati gambarnya.

Apa lagi selain perangko? Lukisan...! lukisan juga memiliki nilai seni tersendiri bukan? Ada banyak sekali orang yang mengkoleksi lukisan, dan semuanya berasal dari berbagai macam harga, ada yang ratusan ribu, jutaan hingga puluhan juta rupiah.

Apa lagi? Tidak harus barang-barang yang bergambar seperti perangko dan lukisan yang merupakan barang-barang yang memiliki nilai seni. Ada juga barang-barang yang dikoleksi karena memiliki bentuk dan tampilan khusus dan itu tidak harus berupa gambar. Pendeknya, segala macam barang yang memiliki nilai seni tersendiri bisa dijadikan barang-barang koleksi.

Memiliki Nilai Bersejarah

Selain barang yang memiliki nilai seni tersendiri, ada juga barang-barang yang dikoleksi karena barang-barang tersebut memiliki nilai yang dianggap bersejarah. Contohnya adalah barang-barang peninggalan proklamator kemerdekaan kita. Wah, sering lho ada barang-barang koleksi Bung Karno yang diperjualbelikan di pasar bebas dengan harga yang luar biasa tingginya.

Padahal barang tersebut mungkin sederhana saja, bisa berupa pulpen, buku, lemari, atau apa saja. Akan tetapi karena barang-barang tersebut tadinya dimiliki oleh Bung Karno sebagai tokoh yang sangat bersejarah, barang-barang tersebut seringkali menjadi rebutan para kolektor dan sering berpindah tangan dengan harga yang makin lama makin tinggi. Jadi sekali lagi, selain karena adanya nilai seni tersendiri, tindakan mengkoleksi barang seringkali disebabkan karena barang-barang tersebut dianggap memiliki nilai bersejarah.

Memiliki Usia Sangat Tua

Selain itu, pengoleksian barang sering juga didasarkan karena umurnya. Banyak orang yang mengoleksi barang karena barang tersebut memiliki usia yang cukup tua. Bahkan, makin tua usia barang tersebut, bisa jadi akan makin mahal harga barang tersebut. Apa contoh barang-barang yang dikoleksi karena usianya? Beberapa diantaranya adalah guci antik, meja antik, kursi antik, dan lain sebagainya.

Namun demikian perlu diketahui bahwa tidak semua barang-barang yang berusia tua memiliki nilai khusus dan dikoleksi oleh orang banyak, mengingat bahwa itu semua sangat tergantung pada persepsi orang terhadap barang tersebut.

Karenanya, dari beberapa macam anggapan terhadap nilai khusus tersebut, dibawah ini adalah contoh barang-barang yang bisa dikoleksi:

* Barang-barang seni (lukisan, patung)
* Barang-barang kerajinan (keramik, batik)
* Barang-barang aksesori (arloji)
* Barang-barang perhiasan (kalung, gelang)
* Barang-barang sejarah (benda peninggalan)

Jadi pada prinsipnya, hampir semua barang bisa dikoleksi. Nah, barang-barang koleksi inilah yang bisa dijadikan investasi.

Sumber : Artikel Ekonomi

Senin, 15 Februari 2010

TERIMA KASIH 15 FEBRUARI...

bagai kepak sayap burung pulang
perkasa di selasar bintang,
laksana camar menjelajah riang
selami laut penuh tawa...

waktupun betah berlabuh: menunggumu di tanggal 15 februari ini???

kuharap, engkau belumlah petang merah jingga di detik menit
yang hanya duduk membatu menatap
dentang usia
engkau sejatinya adalah pelukis masa dan kisah

bagai senyum berpendar dengan beribu kunang-kunang
hingga malam tak lagi gulita...

apa yang kita tulis kini dan lampau,
menjadi cahaya kita nanti, di dunia atau di suatu tempat yang tak terbayangkan...

karena kita kini adalah kita nanti
kita punya cahaya, dan hanya itu yang bikin kita berarti...

TERIMA KASIH SOBAT...

ATAS UCAPAN & DOANYA DI ULTAH-KU YANG KE-26 INI...

Sabtu, 13 Februari 2010

AKUNTANSI SYARI’AH: PARADIGMA BARU AKUNTANSI YANG RAMAH SOSIAL

Pendahuluan

Wacana ekonomi syari’ah terus bergulir dalam konteks kehidupan global. Pada awalnya wacana tersebut muncul dengan malu-malu dan disambut dingin oleh sebagian ahli bahkan tidak sedikit yang mempersoalkan landasan epistimologi dan ontologinya. Sekarang wacana tersebut telah menampakan geliat yang luar biasa dan telah menjadi wacana publik. Ini dapat dilihat dari elan wacana ekonomi syari’ah yang tidak saja berhenti pada persoalan riba dan bunga bank, akan tetapi memasuki wacana ekonomi syari’ah yang lebih luas, sepertitentang penciptaan system ekonomi yang adil, system akuntansi dan manajemen dari kegiatan ekonomi dan sebaginya.

Dalam konteks global, pakar di bidang akuntansi syari’ah boleh dibilang masih sangat sedikit untuk tidak mengatakan tidak ada.

Peneliotian ini mencoba merekonstruksikan dan memahami bagaimana realitas kehidupan organisasi bisnis (atau transaksi ekonomi) dan organisasi social baik dalam bentuk mikro dan makro yang dibentuk dan dilakukan oleh masyarakat muslim. Penelitian ini adalah survey yang bersifat deskriptif- analitik dengan mengambil obyek studi BPRS BAS dan BMI yang dipersiapkan dan dibentuk oleh MUI dan ISED (Institute for Shari’ah Economic Development),serta BAZIS DKI dan LZI Universitas Brawijaya Malang.Dan obyek studi tersebut mewakilidari dua lembaga yang mempunyai dua karakter berbeda yang bertolak belakang.Dua yang pertama (BPRS BAS & BMI) sebagai representasi lembaga bisnis profit-oriented, yang bersifat egoistic dalam rangka meraih kuntungan untuk kepentingan kelompok atau pribadi. Sementara dua yang terakhir (BAZIS DKI & LZI) sebagi reperesentasi dari lembaga social non profit, yang altruistic; mementingkan orang lain yang lemah dengan melakukan penyantunan sosial.

Dan untuk merekonstruksikan fenomena lembaga social yang altruistic dan lembaga bisnis yang egoistic di atas, menggunakan pendekatan phsikolgis-sosiologis (baca phsicologi-sosial) di samping pendekatan histories dan normative. Pendekatan-pendekatan ini, digunakan untuk melakukan pembacaan terhadap realitas emperik kehidupan bisnis-sosial kaum muslim dan nilai-nilai normative yang terkandung dalam ajaran agama yang menjadi spirit mereka, dalam kerangka integrative. Pendekatan yang integrative ini dilakuakn, dalam rangka mendamaikan dunia empiris (realitas) dengan penalaran normative. Dengan ungkapan lain penelitian ini juga bersifat induktif-deduktif. Dalam konteks ini beralasan sebagai berikut:

“Ini dikarenakan tidak adanya jaminan bahwa realitas empiris senantiasa bersesuaian dengan pandangan-pandangan normative. Sebaliknya, penggunaan penalaran normative secara ekstensif, tanpa melihat dan mempertimbangkan atau bahkan mengabaikan realitas empiris akan membawa pada gagasan-gagasan normative yang secara terus menerus bakal melayang-layang di angkasa imajinasi dan tidak pernah membumi.”[13]

Dan cara kerja pendekatan ini, menurut adalah: Pertama, melihat realitas sebagaimana adanya, dengan menganalisis dan menjelaskan proses yang dibangun secara social. [14] Kedua, setelah memberikan penjelasan (makna) realitas, perlu mengkofirmasikan dengan pandangan-pandangan normative, yakni etika (syariah) Islam, dalam rangka tindakan yang lebih jauh, untuk menerimanya sebagaimana adanya, atau membentuk kembali atau mengubahnya dengan arahan tertentu yang mungkin membawa pada realitas etis; realitas-relaitas tersebut menjaring individu-individu dalam jaringan etika yang membimbing atau mengarahkanya kepada kesadaran transcendental dan teologis bahwa mereka hanyalah hamba-hamba Tuhan.[15]

Untuk melakukan pembacaan dan analisis yang tepat terhadap obyek studi, mengelaborasi symbolic interacsionism, sebagai metode interpretatifnya. Symbolic interacsionism adalah sebuah perspektif dalam psikologi social yang pada dasarnya mempelajari bagaimana manusia melakukan interaksi social (social interaction) dalam kehidupan sehari-harinya. Manusia dalam perspektif ini, melakukan aksi dan reaksi berdasarkan makna yang terkandung dalam sebuah symbol. Sedangkan makna itu sendiri juga diperoleh melalui interaksi social. [16]

Hanya saja symbolic interacsionism yang dielaborasi sebagai metode interpretasi tidak taken for granted begitu saja. Dalam kaitan ini melakukan modifikasi terhadap metode tersebut sehingga bisa relevan dan cocok digunakan sebagai alat analisis terhadap realitas empiris kehidupan social dan bisnis masyarakat muslim. Hasil modifikasi terhadap metode tersebut, disebut dengan interaksionisme simbolik yang diperluas (extended symbolic interacsionism).[17]

Konstruksi Paradigmatis Akuntansi Syariah

Akuntansi menurut merupakan produk yang senantiasa berubah; kemungkinan hal itu dipengaruhi oleh lingkungan organisasi, teknologi yang diterapkan dalam organisasi, tugas-tugas menejerial, dan manajemen struktur, atau oleh lingkungan yang lebih luas seperti kebudayaan, politik, ekonomi, system hokum dan kondisi social. Revrisond Baswir dalam sebuah makalahnya yang berjudul Akuntansi dan Idiologi, pada bagian penutup menyatakan:

…munculnya kesan bahwa akuntansi juga memiliki kaitan dengan idelogi sulit untuk dielakan, akuntansi seperti yang saat ini diajarkan pada jurusan-jurusan akuntansi di Indonesia, ternyata sangat kuat dipengaruhi oleh kapitalisme. Pengaruh kapitalisme itu terutama tampak sangat nyata pada kuatnya pengaruh prinsip ekonomi kapitalistik dalam penyajian laporan pendapatanya.[19]

Pendapat di atas menunjukan bahwa nilai-nilai, system dan filsafat sebuah ilmu akan turut menentukan model ilmu yang berkembang di suatu negara. Apabila suatu negara menganut system ekonomi kapitalis, maka system akuntansi yang berkembang adalah system kapitalis. Demikian pula, apabila suatu negara mengikuti system ekonomi Islam maka system akuntansinya pun akan berafiliasi pada nilai-nilai Islam (syariah).

Dan menurut paradigma interaksionisme simbolik, penyebab utama perubahan akuntansi tersebut, adalah diri. Karena diri memiliki potensi untuk menciptakan dan membentuk realitas. Dan realitas yang tercipta dan terbentuk menjadi sumber-sumber bagi pembangunan realitas selanjutnya yang, tentu saja, akan mempengaruhi prilaku individu. Dengan merujuk sejumlah kalangan, bahwa moralitas atau etika menjadi hal yang krusial yang dibutuhkan untuk melengkapi diri, sehingga realitas yang diciptakan atau dibentuk oleh diri pribadi akan memberi efek yang baik.[20]

Dalam konteks ini, mengajukan syariah sebagai etika, yang terdiri atas bukan hanya kognitif rasional (pengetahuan),[21] tetapi juga iman keagamaan yang didalamnya kesadaran individu tertanam. Dan etika dalam konteks akuntansi syari’ah tentunya harus merefleksikan dari konsep zakat dan amanah yang dimetaforisasikan.[22]

1.Akuntansi sebagai Metafora Amanah

Amanah menjadi sesuatu yang memunculkan implikasi-implikasi luas bagi persepsi mengenai cara melakukan bisnis perbankan dan memproduksi produk-produk perbankan, kehadiran watak altruistic dan egoistic dalam bisnis dan produk, serta pesepsi dalam memperlakukan standar akuntansi, dan situasi-situasi lain yang membawa praktik akuntansi menuju praktik yang dikondisikan.

Dalam bab VII, mengidentifikasi persepsi individu-individu berkenaan dengan organisasi, baik organisasi bisnis maupun social. Temuan dari penelitian ini menunjukan bahwa individu pada umumnya memetaforakan organisasi, sebagai amanah. Bagian lain bab ini mengidentifikasi proses pencarian tujuan real organisasi (baik organisasi social maupun bisnis) yang telah dimetaforakan sebagai amanah. Terbukti berdasarkan pandangan normal, bahwa tujuan utama organisasi adalah penyampaian rahmat bagi keseluruhan alam (rahmatan lil ‘alamin), dan tujuan ini bisa diterjemahkan ke dalam sasaran-sasaran operasional yang mugkin kontekstual tergantung pada jenis organisasinya dan situasi-situasi lainya. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebutdalam bagian-bagian akhir bab ini dikemukan, perlu menggunakan pedoman yang dapat membedakan yang benar dari yang salah, yang baik dari yang buruk, dan yang adil dari yang tidak adil; itulah etika. Berkaitan dengan itu, mengajukan syari’ah sebagai etika.[23]

Menurut temuan ini bahwa ada hubungan yang kuat antara iman dan pengetahuan (dan selanjutnya tindakan) yang dipercaya, dipahami dan diimplementasikan oleh diri yang terlibat dalam lembaga tersebut. Iman dianggap sebagai inti paling dasar dari setiap muslim dan yang menggemakan nilai-nilai tertentu dan mempengaruhi cara berfikir dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan iman ini, diri mempertimbangkan bahwa pengetahuan agama, yang utamanya terdiri atas Qur’an dan Sunnah, sangat penting, di samping pengetahuan tentang sains, yang membimbing implementasi zakat. Sebagai konsekuensinya, konsep manajemen amanah mengalir dari intepretasi terhadap al-Qur’an dan pemikiran keagamaan lainya, dan begitu pula praktik akuntansinya.[24]

Amanah, dalam konteks praktik akuntansi, diinterpretasikan sebagai akuntabilitas, dalam pengertian bahwa orang-orang yang memegang amanah harus bertanggung jawab kepada pemegang saham, pelaksana, masyarakat dan Tuhan.[25] Bentuk tanggung jawab untuk tiga kelompok pertama bersifat “formal”, yakni dalam arti sempit menerbitkan laporan keuangan dengan mengikuti standar akuntansi yang sudah ada sebagai “norma-norma”. Tanggung jawab kepada Tuhan berarti bahwa pemegang amanah, dalam mempersiapkan dan menerbitkan laporan keuangan, secara etis (moral) harus sesuai dengan norma-norma tersebut.[26]

2.Akuntansi Sebagai Metafora[27] Zakat

Dalam pandangan penelitian ini bahwa akuntansi merupakan refleksi bangunan realitas organisasi etis, baik organisasi yang berbentuk social maupun bisnis. Akuntansi syariahpun juga merefleksikan nilai-nilai etis syari’ah yang menggambarkan dan mengakomodir sifat dan organisasi yang bersangkutan. Dan etika syariah dalam organisasi bisnis islami sebetulnya merupakan konsekuensi logis dari penggunaan metafora zakat dalam melihat sebuah organisasi, di samping metafora amanah.[28]

Bahwa zakat merupakan realitas yang diperlukan oleh, dan juga “merek dagang’ dari organisasi.[29] selanjutnya menyatakan bahwa zakat merupakan realitas imperatif, karena:

1.hal tersebut merupakan “esensi filosofi ekonomi Islam dan kerangka system fungsional.

2.dengan mendapatkan tujuan organisasi yang lebih tinggi, yakni ‘menyebar rakhmat”, kita bisa menunjukan dengan jelas bahwa membayar zakat merupakan tujuan operatif organisasi.

3.zakat mempunyai sisi ganda; ia tidak hanya berkenaan dengan dorongan egoistis, melainkan juga dengan dorongan altruistic.

4.untuk membayar zakat perusahaan harus mampu memperoleh kekayaan. Ini berarti bahwa untuk mendapatkan kekayaan, perdagangan, asuransi, dan sebaginya sepanjang sesuai dengan syari’ah.

Zakat dalam pengertian filosofi Islam menunjukan bahwa Allah adalah pemilik asli dari semua kekayaan.[30] Saud seperti yang dikutip mengungkapakan bahwa Dia (Allah), dalam kapasitas ini memberlakukan pajak terhadap kekayaan semua manusia sebagai abdi-Nya. Sedangkan dalam kerangka system fungsional zakat secara tidak langsung segala sesuatu di dunia ini mengalami depresiasi.[31]

Sementara itu, organisasi harus memanifestasikan potensi egois dan altruismenya untuk mencapai tujuan membayar zakat. Sifat egois adalah berguna untuk memperoleh keuntungan, sedangkan sifat altruis adalah untuk membayar zakat. Tujuan ini menunjukan bahwa tujuab membayar zakat merupakan tujuan operatif organisasi. Tujuan ini menunjukan harus berusaha mencari keuntungan dan dalam waktu yang bersamaan membayar zakat. Artinya, organisasi itu hanya mampu membayar zakat bila memiliki kekayaan, misalnya dengan memperoleh keuntungan. Kekayaan yang diperoleh dari bisnis dikenakan wajib zakat yang dibayarkan oleh perusahaan atas para pemiliknya (pemegang saham). Ini berarti perusahaan tidak bertanggungjawab hanya pada bsnis yang dijalankan, tetapi juga pada pembayaran zakat sebagai tujuan organisasi di samping memaksimalkan keuntungan.

Dari sifat-sifat zakat di atas kita dapat memahami dengan sangat jelas bahwa zakat sebagai metaforisasi realistis etis organisasi bisnis tersusun atas unsure-unsur ‘fisik” dan “metafisik” yang akan mengkonstruk akuntansi syari’ah. Akuntansi harus mencerminkan semua hal tersebut.[32] Ketika akuntansi merefleksikan realitas, akan ada informasi dan symbol yang kemungkinan bervariasi dengan praktik-praktik akuntansi dalam organisasi bisnis kontemporer.

Prinsip-prinsip yang ditetapkan dalam akuntansi syari’ah yang didasarkan dan sesuai dengan syari’ah Islam, selanjutnya harus distrukturkan baik secara implicit maupun eksplisit sesuai dengan konsep manusia sebagai khalifah di muka bumi dalam rangka memenuhi kewajiban membayar zakat.[33] Identifikasi dasar penentuan zakat dalam akuntansi syari’ah merupakan landasan penentuan dan penjelasan prinsip, aturan, dan standar akuntansi syari’ah. Hal tersebut diperlukan guna memfasilitasi tugas akuntan dalam mengidentifikasi dan memahami cakupan tanggung jawab dalam pengukuran, penyajian, dan pengungkapan laporan keuangan untuk tujuan zakat.[34]

Seperti halnya akuntansi konvesional, selain terdapat prinsip-prinsip, akuntansi syariah juga harus mempunyai prosedur yang merupakan tata cara (proses) yang harus dilaksanakan dalam akuntansi syari’ah,[35] termasuk pengungkapan secara penuh atas informasi akuntansi yang diikuti dengan penentuan jumlah yang tepat atas besarnya zakat yang harus dibayarkan.

Uraian di atas, secara eksplisit menunjukan bahwa keberadaan etika syariah dalam organisasi bisnis sebetulnya mereupakan konsekwensi logis dari penggunaan metafora amanah dalam melihat sebyah organisasi. Konsekuensi semacam ini akan sulit ditemukan dalam metafora yang lain. Dalam bentuk yang lebih operasional, metafora “amanah” bisa diturunkan menjadi metafora zakat, ataurealitas organisasi yang dimetaforakan dengan zakat. Ini berarti bahwa organisasi bisnis orientasinyatidak lagi prifit-orented atau stakeholders-oriented, tetapi zakat oriented.

Dengan orientasi zakat ini, perusahaan berusaha untuk mencapai ‘angka’ pembayaran zakat yang tinggi. Pengertian angka dan zakat di sini tidak perlu diartikan secara sempit, karena zakat – oriented itu sendiri mempunyai makna dan konsekuensi yang laus dan konprehensif. Dengan demikian, laba bersih (net profit) tidak lagi menjadi ukuran kinerja perusahaan. Gambaran realitas ini akan tercermin pada laporan akuntansi setiap perusahaan.

E. Catatan Akhir

Penelitian yang dilakukan ini merupakn penelitian dasar yang sangat berguna untuk pengembangan akuntasi syari’ah khususnya dan akuntansi konvensional pada umumnya. Dan penelitian ini berangkat dari kegelisahan akademik terhadap realitas akuntansi konvensional yang sangat positivistic dan mengarah pada pengabaian tujuan-tujuan moral dan social. Sehingga akuntansi konvesional berkecenderungan pada reduksionisme realitas yang sebenarnya dan sangat berbahaya bagi kehidupan moral manusia. Oleh karena itu melakukan rekonstruksi ulang ilmu akuntansi dengan mencangkokan nilai-nilai etika merupakan hal yang niscaya dilakukan. Dan syari’ah Islam, menawarkan paradigma akuntansi yang humanitarian dengan memetaforakan zakat dan amanah sebagai landasan etisnya.

Penelitian ini merupakan penelitian survey yang bersifat deskriptif – analitik. Dan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah histories, psikologi social dan normative dengan menggunakan metode induktif –deduktif. Dan alat analisis interpertatif yang digunakan adalah “extended interacsionisme symbolic” (interaksionisme sombolik yang diperluas); suatu metode yang dielaborasi dari pshicologi social.

Dan yang menarik dari penelitian ini adalah, bahwa tidak semua metode keilmuan yang ada bisa dipakai sebagai alat interpretasi terhadap obyek penelitian. Akan tetapi perlu modifikasi-modifikasi tertentu sehingga motode tersebut bisa digunakan secara tepat dan efektif. Hal ini ditunjukan ketika memodifikasi interacsionism symbolic menjadi extended interacsionism symbolic.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Sahal, “Kemudian, Dimanakah emansipasi? Tentang teori Kritis, Geneologi, dan Dekontruksi”, dalam Kalam, 1994, ed. 1, h. 19.

Afzlurahman, Doktrin Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti Primayasa, 2000).

Gibson Burrel & Morgan Gareth, Sociological Paradigms and Organisation Analysis: Element of The Sociology of Corporate life, London: Heinemann, 1979.

Husein Syahtah, Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam, alih bahasa Husnul fatarib, Lc, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001.

Hening Parlan, ‘Reposisi Gerakan Lingkungan Hidup Menuju Gerakan Sosial”, Wacana: Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Lingkungan Versus Kapitalisme Global (Yogykarta: Insist Pers, 2002), ed. 12, tahun III.

Hans Kung, Etika Ekonomi – Politik Global: Mencari Visi Baru bagi Kelangsungan Agama di Abad XXI, alih bahasa Ali Noer Zaman, Yogyakarta: Penerbit Qolam, 2002.

Muhammad, Prinsip-Prinsip Akuntansi dalam al-Qur’an,Yogyakarta: UII Press, 2000

M. Baiquni, “Integrasi Ekonomi dan Ekologi: dari Mimpi Menjadi Aksi”, Wacana: Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Lingkungan Versus Kapitalisme Global (Yogykarta: Insist Pers, 2002), ed. 12, tahun III.

Nidal R. Sabri dan M Hisham Jabr, “Etika Bisnis dan Akuntansi dalam Islam”, dalam Sofyan Syafri Harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 1997.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), h. 621

Revrisond Baswir, “Akuntansi dan Idiologi”, Kertas Kerja Pada Seminar Nasional Harteknas, Yogyakarta tanggal 27 Desember 1996.

Sadao Takatera, Posibility of Accounting (Kanosei no Kaikeigaku), (Tokyo: Sanrei-Shobo, 1988).

The Canadian Ecumenecal Jubilee Initiative (CIJI), “Utang Ekologis: Selatan Menuntut Utara ‘Kini Waktunya Membayar”, Wacana: Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Lingkungan Versus Kapitalisme Global (Yogykarta: Insist Pers, 2002), ed. 12, tahun III.

Toshikazu Hayashi, “Akuntansi Islam dan dampaknyaTerhadap akuntansi Barat”, dalam Sofyan Syafri harahap, Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2001.

Wacana: Jurnal Ilmu Sosial Transformatif, Lingkungan Versus Kapitalisme Global (Yogykarta: Insist Pers, 2002), ed. 12, tahun III,