Rotating X-Steel Pointer

Selasa, 15 Juni 2010

Alternative Accounting Methods, Information Asymmetry and Liquidity: Theory and Evidence

Eli Bartov
New York University
Gordon M.Bodnar
University of Pensylvania

Abstrak
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa asimetri informasi diterjemahkan ke dalam transaksi keuangan yang lebih tinggi untuk perdagangan saham dari perusahaan dalam perputaran kenaikan rate of return dengan harga persediaan yang lebih rendah. Perspektif asimetri informasi menyatakan bahwa, ceteris paribus, dimana manajer berkeinginan untuk memaksimalkan nilai dari perusahaan mendapatkan insentif untuk mengurangi tingkat asimetri informasi dengan memilih teknik akuntansi baru yang tersedia yang membuat laporan keuangan lebih informative bagi investor. Perusahaan dengan asimetri informasi yang lebih besar diramalkan lebih suka memilih metode akuntansi yang lebih informative yang tersedia. Menguji pilihan dari functional currency antar perusahaan multinasional di US mendukung prediksi tersebut setelah melakukan control pada variable seperti debt equity ratio, interest coverage, size, dan relative size tentang penyesuaian mata uang asing dalam laporan keuangan.


I. INTRODUCTION
Pertanyaan mendasar dalam penelitian akuntansi adalah bagaimana akuntansi dipilih oleh manajer. Penelitian lebih dahulu (e.g Zmijewski dan Hagerman 1981;Leftwich 1981) menunjukkan bahwa variable seperti financial leverage dan size sangat penting untuk menjelaskan variasi dalam berbagai pilihan akuntansi, satu dasar pemikiran untuk memilih akuntansi tersebut yang mendapat sedikit perhatian adalah perspektif asimetri informasi. Dengan bebas dinyatakan, bahwa perspektif ini menyatakan bahwa manajer memaksimalkan nilai mendapat insentif untuk memilih teknik informasi akuntansi yang lebih untuk mengurangi tingkat asimetri informasi antar pelaku pasar. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa asimetri informasi diterjemahkan ke dalam transaksi keuangan yang lebih tinggi untuk perdagangan saham dari perusahaan dalam perputaran kenaikan rate of return dengan harga persediaan yang lebih rendah. Dalam Diamond and Verreechia (1991), sebagai contoh, komitmen terpercaya dari manajer untuk meningkatkan disclosure (meningkatkan ketepatan dari informasi umum tentang nilai perusahaan) mengakibatkan harga current stock lebih tinggi dalam rangka mengurangi asimetri informasi dan menambah likuiditas. Bagaimananpun meningkatkan disclosure dari perusahaan juga berhubungan dengan cost, seperti preparation cost dan proprietary cost. Pernyatan tersebut lebih formal, perspektif asimetri informasi menyiratkan bahwa manajer memaksimalkan nilai perusahaan akan memilih teknik akuntansi, untuk mengurangi asimetri informasi secara langsung dimana manfaat yang diharapkan disclosure tambahan adalah offset dari cost yang diharapkan untuk melakukan disclosure. Bagaimanapun, tidak semua perusahaan menyukai untuk memilih metode akuntansi baru untuk meningkatkan disclosure. Hal ini akan dijelaskan secara detail, perusahaan dengan tingkat asimetri informasi yang tinggi lebih menyukai untuk memilih metode akuntansi baru daripada perusahaan dengan asimetri informasi yang tidak menimbulkan masalah serius.
Untuk menguji implikasi perspektif asimetri informasi, dua masalah harus diselesaikan. Pertama, identifikasi teknik akuntansi baru yang terpercaya yang dapat mengurangi asimetri informasi antar pelaku pasar dengan cara memberikan laporan keuangan yang lebih informative kepada investor. Kedua, adalah kejadian ex ante dan ex post untuk menyarankan bahwa pilihan foreign currency adalah hasil functional currency dalam laporan keuangan yang menyajikan informasi lebih baik tentang cash flow perusahaan masa yang akan datang daripada memilih dollar sebagai functional currency.
Temuan empiris kami mendukung prediksi tentang perspektif asimetri informasi. Khususnya mengukur asimetri informasi secara positif terkait dengan kemungkinan pemilihan foreign currency sebagai functional currency dalam sampel perusahaan. Temuan ini bahkan menghambat setelah control terhadap variable lain yang ditunjukkan oleh penelitian untuk menjelaskan cross section pilihan akuntansi. Yang harus diingat dari artikel ini adalah mengikuti rencana organisasi. Bagian ke 2 membangun perspektif asimetri informasi secara detail. Bagian ke 3 membuat rencana hipotesis untuk perspektif asimetri informasi dalam konteks rerangka empiris (pilihan terhadap functional currency dari perusahaan multinasional US ), dan mempertimbangkan implikasi beberapa variable control dan diskripsi data.
II. INFORMATION ASYMMETRY PERSPECTIVE
Ketika asimetri informasi muncul, keputusan disclosure oleh manajer dapat mempengaruhi harga saham karena asimetri informasi antara investor dengan informasi yang lebih dan yang kurang dapat meningkatkan biaya transaksi dan mengurangi likuiditas saham dari perusahaan. Hubungan antara asimetri informasi, trading liquidity dan stock price sudah diteliti lebih awal (Demsetz1968;Epps 1976;Copeland and Galai 1983;Glosten and Milgrom 1985;Diamond and Verechia 1991). Implikasi dari hasil tersebut adalah bahwa jika manajer ingin untuk memaksimalkan market value dari perusahaannya, mereka harus mengurangi asimetri informasi antar pelaku pasar. Isu utama adalah menambah expected liquidity di pasar, sehingga harus membuat komitmen yang terpercaya pada tingkat disclosure masa yang akan datang (Diamond and Verrecchia 1991,1330). Kontrak antara manajer dan investor sebagai jaminan masa depan non-mandated disclosure dalam praktik, biasanya tidak ada yang diamati (Dye 1985;Rajan and Sarath 1993). Implikasi terpenting dari model Diamond and Verrechia (1991) adalah menambah likuiditas dalam disclosure adalah concave function dalam tingkat ketepatan informasi (kebalikan dari asimetri informasi). Prediksi dari perspektif asimetri informasi didasarkan pada asumsi dan temuan penelitian awal tersebut diatas.

III. EMPIRICAL FRAMWORK
Pengujian implikasi tersebut memerlukan identifikasi dari kesempatan disclosure baru yang terpercaya mengurangi asimetri informasi antar pelaku pasar. Kesempatan disclosure baru harus ditentukan (sampai taraf tertentu) sehingga perusahaan individu mengevaluasi apakah untuk menerima hal tersebut. Kita memilih functional currency (yang dihubungkan dengan metode untuk foreign currency accounting) dibawah SFAS No.52 untuk pengujian empiris.
The Information Asymmetry Perspective and The Choice of Functional Currency
Isu utama dari SFAS No.52 secara lebih luas dari metode yang ada (untuk melaporkan dampak nilai tukar yang berubah dalam asset dan liabilities dari operasi mata uang asing dalam laporan keuangan konsolidasi). Dalam diskusi ini isu dari SFAS No. 52, FASB menyatakan bahwa teknik translasi berhubungan dengan metode temporal. Masaro (1987) mensurvey 117 perusahaan eksekutif terbiasa dengan SFAS No. 8 dan menemukan 60 eksekutif mencabut kebaikan dari SFAS No.8 dan 24 eksekutif menganggap baik modifikasi substansial. Metode temporal berusaha menyembunyikan dampak ekonomi dalam perubahan exchange rate dari cash flow perusahaan, hal tersebut membuat investor lebih sulit untuk menggunakan laporan keuangan untuk menentukan exchange rate perusahaan.
Untuk menyelesaikan permasalahan ini melawan metode temporal (SFAS No.8) FASB mengeluarkan SFAS No.52 pada Desember 1981. Alasan utama dikeluarkannya SFAS No.52 adalah untuk menyediakan investor dengan “informasi yang biasanya dapat ditukarkan dengan efek yg diharapkan dari exchange rate dalam cash flow dan ekuitas perusahaan” (FASB 1981).

IV. Sample Selection, Variable Definition, Data Description
Perusahaan yang diijinkan untuk beralih dari SFAS No.8 menjadi SFAS No.52 dengan interval 3 tahun. Sehingga sampel ini meliputi 3 th fiscal yaitu dari th 1981-1983. Perusahaan sample diidentifikasi melalui 2 tahap prosedur. Pertama, peneliti mengidentifikasi perusahaan yang memilih foreign currency sebagai mata uang fungsional di bawah SFAS no.52 sebagai mata uang operasional melalui pencarian Compustat yaitu database untuk perusahaan yang melaporkan Cumulative Translation Adjustments (CTA) dalam neraca untuk th fiscal 1982-1983. Hal ini dilakukan karena perusahaan yang melaporkan CTA setelah th 1983 tidak sesuai criteria dan yang sebelum th 1982 tidak tersedia. Kedua, peneliti mengidentifikasi perusahaan yang secara eksklusif menggunakan dollar sebagai mata uang fungsionalnya. Periode yang digunakan adalah selama 8 th dari th 1976-1983. Dari dua tahap tersebut, akhirnya ditentukan sample sebesar 1032 perusahaan. Yang selanjutnya peneliti mengeliminasi 181 perusahaan yang tidak mempunyai data secara lengkap di Compustat. Peneliti juga mengeliminasi 21 perusahaan yang tidak konsekuen untuk menggunakan Dollar sebagai mata uang fungsionalnya, dan mengeliminasi 18 keuangan karena sangat sulit untuk menginterpretasikan perusahaan tersebut dalam variable tes. Selanjutnya peneliti mengeliminasi 24 perusahaan dengan interest coverage yang terlalu ekstrim. Setelah mengeliminasi perusahaan berdasarkan criteria yang telah ditentukan, akhirnya sample penelitian terdiri atas 788 perusahaan. Yaitu 630 perusahaan (80%) yang menggunakan foreign currency sebagai mata uang fungsional, dan 158 perusahaan (20%) yang memilih Dollar sebagai mata uang fungsionalnya.

Variable Definition
Untuk asimetri informasi menggunakan bid-ask spread sebagai proksinya, tetapi dalam praktik hal tersebut terdiri dari 3 divisi. Pertama, Spread merupakan hubungan antara biaya proses pesanan dan biaya persediaan special (Stoll 1989,115). Kedua, dalam melakukan observasi bid-ask spread secara institusional dipaksa untuk dipisahkan. Ketiga, dan masalah yang paling besar dalam menggunakan bid-ask spread dalam penelitian kami, karena penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa bid-assk spread tidak terlalu sensitive terhadap perubahan di lingkungan informasi.
Penelitian lain memperlihatkan variable yang berhubungan demngan asimetri informasi adalah jumlah dari perdagangan saham dari perusahaan. Variable tersebut berhubungan dengan tingkat asimetri informasi dalam bagian model teoritis (Glosten & Milgrom 1985, Karpoff 1986) yang mempelajari jumlah perdagangan dari struktur pasar yang berbeda.
Peneliti menggunakan volume perdagangan sebagai variable dasar dalam annual share turnover sebagai proxy untuk asimetri informasi (lebih spesifik, ini mengukur perdagangan saham tahunan dalam tahun seleksi dari mata uang fungsional pertama dengan persiapan laporan keuangan tahunan dari rata-rata saham yang terjual lebih pada tahun fiskal) dengan notasi INFOASYM.
Sebagai control terhadap masalah tersebut, peneliti melakukan modofikasi dalam juklah perdagangan melalui 2 metode yang berbeda. Metode pertama, dengan nilai coverage yang luas dengan melakukan regresi cross-section INFOASYM dalam standar deviasi dari laba dalam 5 th. Metode kedua, mengkoreksi annual share turnover INFOASYM untuk informasi yang berpengaruh dalam mengarahkan mana saja yang tidak termasuk dalam daily share turnover . Pengujian ini juga melibatkan perhitungan ukuran perusahaan, debt-to-equity ratio, interest coverage, dan laporan penggunaan foreign currency.
Ukuran perusahaan (FSIZE) merupakan nilai dari modal akhir yang terjadi pada akhir tahun fiscal. Debt-to-equity ratio (DEBTEQ) merupakan nilai dari utang jangka panjang dari pemegang saham pada akhir tahun. LLICOV dan HLICOV adalah nilai tengah dari DEBTEQ.

Data Description
Untuk sample perusahaan dan untuk Compustat perusahaan yang lain, table 1 membandingkan antara quartile 1, 2, 3 untuk lima statistic deskriptif : ukuran perusahaan, total penjualan, debt equity ratio, dividend yield, dan pertumbuhan penjualan. Table 1 juga memperlihatkan bahwa sampel perusahaan memiliki deviden yang lebih besar daripada deviden yield dan leverage yang lebih rendah dari compustat perusahaan yang tidak digunakan untuk sample. Berdasarkan Standard Industrial Classification (SIC), proporsi dari perusahaan yang memilih dollar sebagai functional currency dan perusahaan yang memilih foreign currency terlihat bahwa 630 (158) perusahaan yang memilih foreign currency (dollar) sebagai functional currency dari 50 (36) two-digit SIC industries.

V. EMPIRICAL EVIDENCE
Univariate tes
Hasil dari unuvariate tes untuk prediksi kami berdasarkan perspektif asimetri informasi, bersama dengan variable control terlihat pada table 2. Dari proksi untuk asimetri informasi berbeda antara perusahaan yang memilih foreign currency sebagai functional currency dan yang memilih dollar. Untuk univariate test, residual turnover menempatkan kembali dari variable share turnover, INFOASYM. Arti untuk INFOASYM adalah secara signifikan lebih tinggi untuk perusahaan yang memilih dollar yaitu 0,68 vs 0,50. Hasil tersebut mendukung perspektif asimetri informasi sebagai hipotesis untuk menjelaskan pemilihan akuntansi. Hasil dari variable control juga setuju dengan prediksi yang diuraikan secara singkat di atas. Perusahaan yang memilih foreign currency sebagai functional currency lebih besar di atas rata-rata daripada perusahaan yang memilih Dollar sebagai mata uang fungsionalnya.


Multivariate Test
Jika univariate tes mendukung perspektif asimetri informasi, hasil dari multivariate tes ini memberikan penjelasan korelasi antar variable. Dari hasil regresi multivariate mendukung penuh hasil dari univariate tes. Khususnya estimasi koefisien dari share turnover adalah negative signifikan dalam persen. Estimasi negative tersebut meyakinkan bahwa asimetri informasi berhubungan dengan pilihan dalam functional currency. Oleh karena itu, asimetri informasi terlihat sebagai variable paling penting dalam menjelaskan penggunaan functional currency
Sensitivity Test
Efek dari industry mau tidak mau akan terlihat karena cross-section yang luas dari wakil industry yang digunakan sebagai sampel dan proporsi perusahaan yang memilih functional currency dalam masing-masing industry. Hasil tersebut diperlihatkan dalam table 5 dan terlihat bahwa rata cross-section industry (0,669) dan median sebesar (0,731) secara substansial lebih tinggi untuk perusahaan yang menggunakan Dollar sebagai functional currency daripada perusahaan yang menggunsakan foreign currency sebagai functional currency.

CONCLUSION
Tulisan ini memaparkan relevansi asimetri simetri untuk menjelaskan kebijakan akuntansi yang difokuskan pada efek dari metode pelaporan keuangan alternative dari nilai perusahaan. Asimetri informasi antara pelaku pasar tercermin dalam transaksi keuangan yang lebih tinggi untuk perdagangan saham dari perusahaan yaitu dengan kenaikan required rate of return dan current stock price yang lebih randah. Ceteris paribus, manajer berkeinginan untuk memaksimalkan nilai dari perusahaan untuk mendapatkan insentif dan mengurangi tingkat asimetri informasi antar pelaku pasar dalam memilih teknik akuntansi untuk membuat laporan keuangan lebih informative kepada investor.
Pengujian terhadap perspektif asimetri informasi dalam memilih mata uang fungsional berdasarkan SFAS No. 52. Hasil dari univariate dan multivariate tes mendukung perspektif asimetri informasi. Pengukuran asimetri informasi untuk volume perdagangan secara signifikan berhubungan dengan pemilihan foreign currency oleh perusahaan yang telah diramalkan. Temuan ini sesuai dengan asimetri informasi perusahaan dalam mengurangi asimetri informasi dan meningkatkan likuiditas dan meningkatkan pengungkapan (disclosure) untuk memakai metode akuntansi yang lebih informative. Asumsi kami meliputi : (1) metode current rate lebih informative daripada metode temporal dan hal tersebut dapat mengurangi asimetri informasi (2) manajer berusaha memaksimalkan value perusahaan (3) pilihan dalam mata uang fungsional akan nampak layak, tetapi tidak merepresentasikan hubungan dalam seluruh kasus nyata.