Rotating X-Steel Pointer

Minggu, 19 September 2010

Pentingnya Konsep Laba Dalam Akuntansi

Penentuan laba atau profit merupakan salah satu fungsi penting dalam
akuntansi konvensional, dimana transfer kesejahteraan bagi pihak-pihak yang
berkaitan sangat ditentukan. Bonus karyawan dan deviden kepada para investor
banyak dibagikan atas dasar besarnya laba yang dapat dihasilkan. Laba juga
merupakan ukuran usaha dan prestasi manajemen, dimana mereka diberi imbalan
atas dasar kinerja pekerjaannya. Laba juga merupakan penunjuk untuk
melakukan investasi. Laba per saham (earning per share) yang berdasarkan
jumlah laba merupakan indikator penting dimana nilai saham tergantung pada
pembuatan keputusan investor apakah akan membeli, menjual, atau tetap akan
mempertahankan investasinya.

Definisi laba ada berbagai macam, banyak ahli yang mengemukakan definisi
laba. Sterling (1975, 5) memberikan definisi tentang laba sebagai berikut :

Income is the name given to a family of consepts in the world of ideas
closely related to those of wealth and value.

Selanjutnya Sterling menambahkan bahwa yang termasuk 'keluarga' dalam
pengertian tersebut mengarah pada berbagai nama, antara lain personal
income, business income, gross income, net income, taxable income, national
income dan sebagainya.

Kam (1990, 194) mengungkapkan definisi tentang laba (income) yang semakin
jelas,  sebagai berikut :

Income is the change in the capital of an entity between two points in time,
excluding changes due to investments by and distributions to owners, where
capital is expressed in terms of value and based on a given scale.

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa konsep laba mempunyai tiga
unsur penting yaitu : nilai (value), modal (capital), dan skala (scale).
Nilai (value) berkaitan dengan konsep nilai ekonomis, dimana preferensi
seseorang terhadap suatu komoditas berlainan dengan orang lain karena adanya
harapan akan adanya keuntungan pada masa yang akan datang. Capital (modal)
merupakan aset bersih yang merupakan selisih antara seluruh aset dengan
seluruh kewajiban. Modal itu sendiri mempunyai dua arti yaitu modal uang dan
modal fisik. Sedangkan skala (scale) diperlukan dalam proses pengukuran agar
dapat memberikan arti atas obyek yang diukur.

Sedangkan Schanz (1896) seperti yang dikutip Sterling (1975, 7),
mengemukakan definisi laba (income) sebagai :

The entire difference between the value of assets at the end of the fiscal
period and their value at the beginning, thus including every accretion-in
money or kind, regular or irregular, from continuous or temporary
sources-deducting only interest payments and capital losses.

Definisi tersebut mengungkapkan pengertian laba ditinjau dari karakter  laba
itu sendiri. Laba dianggap sebagai selisih nilai aset diawal dan akhir
periode fiskal yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai dikurangi
dengan pembayaran bunga dan kerugian yang timbul. Definisi laba dari Schanz
(1896) tersebut dilanjutkan oleh Haig pada tahun 1920 (Sterling 1990, 7)
yaitu :

Income is the money value of net accretion to economic power between two
points in time (Haig, 1920).

Konsep laba dalam struktur teori akuntansi dapat diketahui dengan
menggunakan pendekatan sintaksis, semantis, dan pragmatis. Konsep laba
secara sintaksis yaitu melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya; secara
semantis yaitu melalui hubungan pada realitas ekonomi yang mendasari; dan
secara pragmatis yaitu melalui penggunaannya oleh investor tanpa
memperhatikan bagaimana hal itu diukur atau apakah itu artinya ( Hendriksen
dan Van Breda 2000, 329). Konsep laba juga menjadi pokok penafsiran dan
aliran pemikiran yang berbeda-beda, yang masing-masing melontarkan
keunggulan konseptual dan praktisnya masing-masing. Pada dasarnya ada empat
aliran pemikiran  berkenaan dengan pengukuran yang lebih baik atas laba
usaha (Belkaoui 1997, 230), yaitu :

1.      Aliran klasik yang dicirikan terutama oleh kepatuhan pada postulate
unit pengukur dan prinsip biaya historis. Aliran ini dikenal secara umum
dengan akuntansi biaya historis atau akuntansi historis. Aliran klasik
menganggap 'laba akuntansi' sebagai laba usaha.

2.      Aliran neo-klasik yang dicirikan terutama oleh pembangkangannya
terhadap postulate unit-pengukur, pengakuannya atas perubahan tingkat harga
umum, dan kepatuhan kepada prinsip biaya historis. Dikenal secara umum
sebagai akuntansi biaya historis yang disesuaikan terhadap tingkat harga
umum, konsep laba aliran neo-klasik ialah 'laba akuntansi yang disesuaikan
dengan tingkat harga umum'.

3.      Aliran radikal yang dicirikan oleh pilihannya atas nilai berjalan
sebagai dasar penilaian. Aliran ini memilih harga sekarang (current value)
sebagai dasar penilaian bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal
dengan current value accounting, sedang perhitungan labanya disebut current
income.

4.      Aliran neo radikal yang menggunakan current value tetapi disesuaikan
dengan perubahan tingkat harga umum. Konsep ini dikenal dengan general price
level adjusted current value accounting, sedangkan perhitungan labanya
disebut  adjusted current income.

Aliran-aliran tersebut menunjukkan bahwa konsep laba terus mengalami
perkembangan. Argumen-argumen tentang pengukuran laba dapat diperluas
menjadi tidak terbatas. Perkembangan konsep laba usaha ini juga mempunyai
relevansi dengan perkembangan konsep laba dalam akuntansi syari'ah.

Dalam akuntansi syari'ah, kesejahteraan dan laba merupakan dasar dalam
penentuan zakat, baik zakat individu maupun zakat perusahaan (lembaga). Laba
menjadi sangat penting karena sistem bunga dilarang dalam Islam, oleh
karenanya tingkat pengembalian tetap (fixed return) atas modal yang telah
ditetapkan sebelumnya dilarang dalam Islam. Profit atau laba menjadi sangat
penting dalam akuntansi syari'ah jika dibandingkan dengan penentuan laba
dalam akuntansi konvensional dimana laba hanya sebagai dasar bagi hal-hal
yang berkaitan dengan keuangan secara material dan bersifat duniawi.

Oleh karena itu pengukuran laba merupakan bagian utama dalam struktur teori
akuntansi, sehingga pengkajian akan konsep laba lebih lanjut menjadi sangat
penting, apalagi dikaitkan dengan konsep laba dalam akuntansi syari'ah.