Rotating X-Steel Pointer

Sabtu, 12 Juni 2010

ANALISIS MODAL KERJA

Oleh :
M. Agus Sudrajat

A. Pengertian Modal Kerja
Banyak perusahaan mengalami kesulitan karena pimpinan perusahaan kurang
mengetahui pergertian modal kerja dan fungsinya dalam suatu perusahaan, dimana
modal kerja sering sekali digunakan untuk membeli aktiva tetap sehingga akan menimbulkan
kesulitan bagi perusahaan. Untuk menghindari hal yang demikian, maka perlu
diketahui pengertian dari modal kerja.

J.Fred Weston dan Thomas E.Copeland memberikan pengertian modal kerja
sebagai berikut :
“Working capital is defined as curreilt assets minus current liabilities. Thus, working
capital represents the firm's investment in cash, marketable securities, accounts
receivable, and inventories less the current liabilities used to finance the current
assets.”
Dari pengertian diatas, modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang
lancar. Dengan demikian modal kerja merupakan investasi dalam kas, surat-surat
berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk
melindungi aktiva lancar.

Bambang Riyanto mengemukakan modal kerja dapat dibagi menurut konsep
sebagai berikut :
1. Konsep Kwantitatif
2. Konsep Kwalitatif
3. Konsep Fungsional

1. Konsep Kwantitatif
Modal kerja menurut konsep kwalitatif menggambarkan keseluruhan atau
jumlah dari aktiva lancar seperti kas, surat-surat berharga, piutang persediaan atau
keseluruhan dari pada jumlah aktiva lancar dimana aktiva lancar ini sekali berputar
dan dapat kembali ke bentuk semula atau dana tersebut dapat bebas lagi dalam
waktu yang relatif pendek atau singkat. Konsep ini biasanya disebut modal kerja
bruto (gross working capital).
Berdasarkan konsep tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa konsep
tersebut hanya menunjukkan jumlah dari modal kerja yang digunakan untuk menjalankan
kegiatan operasi perusahaan sehari-hari yang sifatnya rutin, dengan tidak
mempersoalkan dari mana diperoleh modal kerja tersebut, apakah dari pemilik
hutang jangka panjang ataupun hutang jangka pendek.
Modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan batas keamanan atau
margin of safety yang baik atau tingkat keamanan para kreditur jangka pendek yang
tinggi. Jumlah modal kerja yang besar belum tentu menggambarkan likuiditas
perusahaan yang baik sekaligus belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan
operasi perusahaan pada periode berikutnya.

2. Konsep Kwalitatif
Menurut konsep kwalitatif modal kerja merupakan selisi antara aktiva lancar
diatas hutang lancar. Digunakan kerja ini merupakan sebahagian dari aktiva lancar
yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahan tanpa
menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal kerja netto (net
working capital).
Defenisi ini bersifat kwalitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang
lebih besar dari pada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi
kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di mana mendatang
dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan
jaminan aktiva lancar.

3. Konsep Fungsional

Modal kerja menurut konsep ini menitikberatkan pada fungsi dari pada dana
dalam menghasilkan pendapatan (income) dari usaha pokok perusahaan. Setiap
dana yang digunakan dalam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan
pendapatan. Ada sebagian dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi
tertentu yang menghasilkan pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada
pula dana yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan pada periode-periode
selanjutnya atau dimasa yang akan datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alatalat
kantor dan aktiva tetap lainnya yang disebut future income. Jadi modal kerja
menurut konsep ini adalah dana yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan
pada saat ini sesuai dengan maksud utama didirikannya perusahaan.

Pengendalian jumlah modal kerja yang tepat akan menjamin kontinuitas
operasi dari perusahaan secara efisien dan ekonomis. Bilamana modal kerja terlalu
besar, maka dana yang tertanam dalam modal kerja melebihi kebutuhan, sehingga
terjadilah idle fund. Padahal dana itu sendiri sebenarnya dapat digunakan untuk
keperluan lain dalam rangka peningkatan laba. Tetapi bilamana modal kerja terlalu
kecil atau kurang, maka perusahaan akan kurang mampu memenuhi permintaan
langganan seperti membeli bahan mentah, membayar gaji pegawai dan upah buruh
ataupun kewajiban-kewajiban lainnya yang segera harus dilunasi.

Dengan demikian kebaikan dan keburukan modal kerja dalam perusahaan
dapat dilihat sebagai berikut :
! Kelebihan atas modal kerja mengakibatkan kemampuan laba menurun
sebagai akibat lambatnya perputaran dana perusahan.
! Menimbulkan kesan bahwa manajemen tidak mampu mengunakan modal
kerja secara efisien.
! Kalau Modal kerja tersebut dipinjam dari bank maka perusahaan mengalami
kerugian dalam membayar bunga.

Tetapi bilamana modal kerja cukup, akan dapat memberikan keuntungankeuntungan
bagi perusahaan, seperti :
a. Melindungi kemungkinan terjadinya krisis keuangan guna membenahi modal kerja
yang diperlukan.
b. Merencanakan dan mengawasi rencana perusahaan menjadi rencana keuangan di
dalam jangka pendek.
c. Menilai kecepatan perputaran modal kerja dalam arti yang menyeluruh.
d. Membayar atau memenuhi kewajiban jangka pendek sesuai dengan jatuh tempo.
e. Memperoleh kredit sebagai sumber dana guna memperbesar pemenuhan
kebutuhan kekayaan aktiva lancar.
f. Memberikan pedoman yang baik sehingga tidak terdapat keraguan manajemen
guna memperoleh efisiensi yang baik.

B. Berbagai kebijaksanaan Modal Kerja
Pada dasarnya kerja bersifat sangat fleksibel yang berarti bahwa modal kerja
dapat dengan mudah diperbesar ataupun diperkecil, sesuai dengan kebutuhan
perusahaan. Sebagai sebuah subsistem, perusahaan tidak dapat terlepas dari sistem
perekonomian pada umunya. Oleh karena itu konjungtur perekonomian sangat
mempengaruhi jumlah kebutuhan akan modal kerja yang dioperasikan.

Disamping itu masing-masing perusahaan memiliki tipe modal kerja sendirisendiri
sesuai dengan jenis bidang usaha maupun levelnya masing-masing. Tipe
modal kerja perusahaan dapat dipengaruhi, misalnya memiliki sifat musiman atau
konstan setiap saat. Bagi perusahaan yang memiliki musim penjualan, dengan
sendirinya akan membutuhkan modal kerja relatif lebih besar dari masa tidak
musim. Sehingga karena tipe-tipe tersebut juga mengakibatkan penentuan sumbersumber
dana yang akan dipergunakan atau yang akan dioperasikan.

Pada umumnya tipe modal kerja berdasarkan sifat bekerjanya dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Modal kerja permanen (Permanen Working Capital) yaitu modal kerja yangnharus
tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya atau dengan kata
lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
Permanen Working Capital ini dapat dibedakan dalam :
! Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas
usahanya.
! Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah modal kerja yang
diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
2. Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berobah-obah sesuai dengan perobahan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan
antara :
! Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berobah-obah disebabkan karena fluktuasi musim.
! Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja yang jumlahnya
berobah-obah disebabkan karena fluktuasi konyungtur.
! Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal kerja yang
besarnya berubahubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui
sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir, perobahan keadaan
ekonomi yang mendadak.
Modal kerja dapat dibiayai dengan modal sendiri. Hutang jangka pendek
maupun hutang jangka panjang. Sistem pembelanjaan yang akan dipilih haruslah
didasarkan pada pertimbngan mengenai laba dan resiko.
Untuk memenuhi kebutuhan modal kerja, sebaiknya dibiayai dengan modal
yang seminimal mungkin. Akan tetapi agar perputaran modal perusahaan dapat
ditingkatkan seringkali perusahaan harus mencari dana dari luar guna menutup
kebutuhan modal kerja.
Untuk itu perusahaan dapat menggunakan prinsip-prinsip pembelanjaan yaitu :
! Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka pendek hanya dapat
digunakan untuk membiayai modal kerja.
! Modal yang diperoleh sebagai pinjaman jangka panjang dapat dipakai untuk
modal kerja atau investasi.
Apabila modal yang diperoleh dari pinjaman jangka pendek digunakan untuk
membiayai investasi, maka akan sangat membahayakan karena di samping
bunganya sangat tinggi, pada saat harus mengembalikan pinjaman ternyata
investasi belum menghasilkan. Untuk menentukan berapa jumlah modal yang
dibutuhkan dalam pinjaman jangka panjang, atau jangka pendek, maka terlebih
dahulu dihitung jangka-jangka waktu kritisnya.

Lawrence D.Schall dan Charles W.Haley dalam bukunya Introduction to
Financial Management menyatakan :
" Finance short term needs with short term sources and finance long term needs with
long term sources."
Dengan demikian kebutuhan modal kerja permanen sebaiknya dibiayai dengan
modal sendiri. Semakin besar jumlah modal sendiri maka akan semakin baik bagi
perusahaan karena akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh
kredit dan semakin besar jaminan bagi kreditur jangka pendek. Disamping itu
kebutuhan modal kerja yang permanen dapat juga dibiayai dengan penjualan
obligasi atau jenis hutang jangka panjang lainnya, tetapi dalam hal ini perusahaan
harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang tersebut dan
beban bunga yang harus dibayar oleh perusahaan. Sedangkan modal kerja variabel
dapat dibiayai dengan hutang jangka pendek yang jangka waktunya tidak lebih dari
pada kebutuhan modal kerja.

C. Cara-cara Mengestimasi Kebutuhan Modal kerja
Dengan tersedianya modal kerja yang cukup memungkinkan perusahaan
untuk beroperasi secara ekonomis, efisien, clan terhindar dari resiko kesulitan
likuiditas. Untukmenentukan modal kerja yang cukup pada suatu perusahaan perlu
terlebih dahulu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya modal kerja.
Menurut Bambang Riyanto, besar kecilnya kebutuhan modal kerja terutama
tergantung kepada dua faktor, yaitu :
1. Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja, dan
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya.
Periode perputaran yang tetap, dengan makin besarnya jumlah pengeluaran
kas setiap harinya mengakibatkan jumlah kebutuhan modal kerja menjadi semakin
besar pula. Jumlah pengeluaran setiap harinya yang tetap, dengan makin lamanya
periode perputarannya mengakibatkan jumlah modal kerja yang dibutuhkan adalah
semakin besar.
Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja adalah merupakan
keseluruhan jumlah dari periode-periode aktivitas perusahaan yang meliputi jangka
waktu pemberian kredit beli, lama penyimpanan bahan mentah di gudang, lamanya
proses produksi, lamanya barang jadi simpanan di gudang dan jangka waktu
penerimaan piutang. Pengeluaran setiap harinya merupakan jumlah pengeluaran kas
rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian bahan mentah, bahan
pembantu, pembayaran upah buruh, dan biaya-biaya lainnya.
Periode perputaran
! Lamanya proses produksi = 10 hari
! Lamanya barang disimpan di gudang = 10 hari
! Jangka waktu penerimaan piutang = 10 hari
! Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja = 30 hari
Pengeluaran setiap harinya
! Bahan mentah = Rp. 4.000,-
! Bahan pembantu = Rp. 2.000,-
! Upah buruh = Rp. 3.000,-
! Pengeluaran-pengeluaran lain = Rp. 1.000,-
! Jumlah pengeluaran setiap harinya = Rp.10.000,-

Kebutuhan modal kerja bagi perusahaan yang menjalankan aktivitas usaha setiap
harinya untuk dapat menjamin kontinuitas usahanya dibutuhkan modal kerja sebesar
minimal Rp. 10.000 x 30 = Rp. 300.000,-
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa kebutuhan modal kerja
perusahaan dapat di bedakan dalam 2 kategori kebutuhan yaitu : kebutuhan yang
bersifat permanen dan kebutuhan yang bersifat musiman atau dikenal sebagai
kebutuhan variabel. Kebutuhan modal kerja variabel akan berubah-ubah sesuai
dengan kebutuhannya diatas kebutuhan permanen. Hal ini bisa terjadi misalnya jika
suatu saat terjadi kenaikan permintaan barang sehingga diperlukan tambahan dana.
Kebutuhan yang bersifat temporer ini perlu diestimasikan agar perusahaan dapat
terhindar dari resiko kesulitan likuiditas.

Ada 3 pendekatan yang dibutuhkan untuk membelanjai kebutuhan dana yang
bersifat campuran (financing mix) yaitu :
1. Aggresive approach
2. Conservative approach
3. Trade-off keduanya.

Pendekatan yang bersifat agresif kebutuhan dana jangka pendek dibelanjai
dengan sumber dana jangka pendek dan kebutuhan dana jangka panjang dibelanjai
dengan sumber dana jangka panjang. Kebutuhan dana yang bersifat variabel atau
musiman dipenuhi dengan sumber dana jangka pendek. Sedangkan pembelanjaan
permanen dipenuhi dari sumber dana jangka panjang. Berdasarkan pendekatan ini
perusahaan harus memiliki net working capital dalam jumlah yang sama dengan
bagian current assets yang dibelanjai dengan sumber dana jangka panjang. Strategi
ini mengundang resiko karena harus mempertahankan net working capital yang
rendah. Namun demikian, profit yang diperoleh dalam jumlah yang tinggi karena
total costnya yang rendah.

Berdasarkan pendekatan konservatir, semua kebutuhan dana dibelanjai
dengan sumber dana jangka panjang dan sumber dana jangka pendek digunakan
hanya dalam keadaan darurat. Pendekatan konservatif mempunyai resiko yang
rendah karena net working capitalnya yang besar. Akan tetapi profit yang diperoleh
juga rendah karena total costnya yang tinggi.
Kebanyakan perusahaan menggunakan rencana pembelanjaan yang terletak
di antara pendekatan profit tinggi-resiko tinggi (agresive approach) dan profit
rendah-resiko rendah (conservative approach), sehingga keuntungan yang diperoleh
cukup layak (moderat) tetapi resiko yang dihadapi juga tidak terlalu tinggi.
Pendekatan diantara keduanya (trade-off approach) ini menggunakan net working
capital yang tidak terlalu kecil dan tidak terlalu besar, sehingga resiko yang dihadapi
lebih rendah dari pada pendekatan agresif dan profit yang diperoleh juga lebih tinggi
dari profit berdasarkan pendekatan konservatif.
Penentuan pendekatan mana yang terbaik dari antara ketiga pendekatan
tersebut bagi suatu perusahaan tergantung kepada kondisi yang ingin dicapai oleh
perusahaan tersebut, dan kondisi yang ada pada perusahaan itu sendiri. Walaupun
pendekatan yang agresif misalnya, lebih menguntungkan ditinjau dari segi profit
yang dihasilkan, namun faktor-faktor seperti fluktuasi penjualan dan kemampuan
mengestimasikan penerimaan sangat menentukan pendekatan mana yang sebaiknya
dilakukan oleh perusahaan.

D. Rasio-Rasio Modal Kerja
Dalam menganalisa modal kerja suatu perusahaan, seseorang menganalisa
memerlukan adanya suatu ukuran tertentu, ukuran tersebut diperoleh dengan
menggunakan analisa ratio, yaitu suatu cara untuk menganalisa hubungan dari
berbagai pos dalam suatu laporan keuangan. Hasil dan analisa ini merupakan dasar
untuk dapat menginterpretasikan kondisi kuangan dan hasil operasi perusahaan.
Perhitungan rasio sangat penting bagi pihak luar yang ingin menilai laporan
keuangan suatu perusahaan. Penilaian dititikberatkan pada kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban jangka pendek atau likuiditas, salvobilitas, rentabilitas,
dan prospek perusahaan di masa depan. Analisa rasio ini berguna juga bagi pihak
perusahaan untuk membantu manajer dalam membuat evaluasi mengenai hasil
operasi, memperbaiki kesalahan yang terjadi akibat penyimpangan atas rencana
yang telah disusun dan menghindari hal-hal lain yang bersifat merugikan
perusahaan.
Banyak macam rasio yang dapat dihitung dari informasi yang terdapat dalam
laporan keuangan. Pada dasarnya angka-angka rasio itu dapat dikelompokkan
menjadi dua golongan. Golongan yang pertama adalah rasio yang didasarkan pada
sumber data keuangan dan golongan kedua adalah rasio yang disusun berdasarkan
tujuan penganalisa dalam mengevaluasi perusahaan.
Berdasarkan sumber datanya, rasio-rasio dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
1. Ratio-ratio neraca (balance sheet ratios) yaitu ratio-ratio disusun dari data
yang berasal dari neraca, misalnya ratio lancar (current ratio), ratio tunai
(quick ratio), ratio modal sendiri dengan total aktiva, ratio aktiva tetap
dengan hutang jangka panjang dan sebagainya.
2. Ratio-ratio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu ratio-ratio yang
disusun dari data yang berasal dari laporan perhitungan laba rugi, misalnya
ratio laba bruto dengan penjualan netto, ratio laba usaha dengan penjualan
netto, operating ratio, dan lain sebagainya.
3. Ratio-ratio antar laporan (intern statement ratios), yaitu ratio-ratio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan laporan laba rugi , misalnya
ratio penjualan netto dengan aktiva usaha, ratio penjualan kredit dengan
piutang rata-rata, ratio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata,
dan lain sebagainya.
Ada berbagai pendapat tentang kategori ratio berdasarkan tujuan penganalisa
dalam mengevaluasi suatu perusahaan berdasarkan laporan keuangannya.

E. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Analisa sumber dan penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa
intern dan ekstern. Maksud utama dari anakisa ini adalah untuk mengetahui dari
mana modal tersebut dipergunakan. Dengan kata lain, analisa sumber dan
penggunaan modal kerja erat kaitannya dengan dana yang diperoleh dan dapat
dipergunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasinya sehari-hari dalam suatu
periode tertentu. Laporan yang menggambarkan dari mana datangnya modal kerja
dan untuk apa modal kerja itu digunakan disebut laporan sumber dan penggunaan
modal kerja.
Dalam laporan sumber dan penggunaan modal kerja tercantum sumbersumber
dan penggunaan dana yang berasal dari unsur-unsur modal kerja sendiri,
karena perubahan-perubahan yang hanya menyangkut unsur-unsur aktiva lancar
dan hutang lancar tidak akan mempengaruhi jumlah aktiva tetapi tidak
mempengaruhi modal kerja antara lain :
! Pembelian barang dagangan atau bahan-bahan baku secara tunai. Jadi
mengeluarkan kas tetapi di pihak lain persediaan bertambah dalam jumlah
yang sama.
! Adanya perubahan dari bentuk ke bentuk piutang yang lain dari piutang
dagang menjadi piutang wesel dan seterusnya. Dengan demikian tetap
merupakan satu bagian dari modal kerja
Dengan demikian maka jumlah modal kerja hanya berubah kalau ada
perubahan unsur-unsur selain current account yang disebut non current seperti
aktiva tetap, hutang jangka panjang, dan modal sendiri yang mempunyai effek netto
terhadap modal kerja.

Perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai pengaruh
memperbesar modal kerja (netto) adalah :
! Berkurangnya aktiva tidak lancar;
! Bertambahnya hutang jangka panjang;
! Bertambahnya modal saham;
! Adanya keuntungan dari operasi perusahaan.

Sedangkan perubahan unsur-unsur rekening tidak lancar yang mempunyai
pengaruh memperkecil modal kerja (netto) adalah :
! Bertambahnya aktiva tidak lancar;
! Berkurangnya hutang jangka panjang;
! Berkurangnya modal saham;
! Pembayaran dividen tunai;
! Adanya kerugian dalam operasi perusahaan.
` Perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current account yang mempunyai
efek memperbesar modal kerja disebut sumber modal kerja (sources of working
capital) dan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current yang mempunyai
efek memperkecil modal kerja disebut penggunaan modal kerja (application of
working capital).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan sumber kerja perusahaan pada
umumnya diperoleh dari :
1. Penambahan non current liabilities. Pengeluaran obligasi misalnya akan
mengakibatkan pertambahan kas (harta lancar) tanpa diikuti oleh
pertambahan dalam hutang jangka pendek.
2. Penambahan modal saham. Pengeluaran saham biasanya akan
mengakibatkan pertambahan kas atau harta lancar tanpa dibarengi oleh
pertambahan dalam hutang jangka pendek. Pengecualian dalam hal ini ialah
bila pengeluaran saham baru disertai dengan penurunan dalam hutang
jangka panjang misalnya obligasi dikonversikan kepada modal saham.
3. Penambahan jumlah laba yang ditahan. Suatu pertambahan dalam jumlah
laba yang ditahan akan mengakibatkan penambahan dalam modal kerja.
Dalam hal ini pendapatan atau laba bersih merupakan sumber modal kerja.
4. Pengurangan harta tidak lancar. Suatu pengurangan dalam jumlah harta
tidak lancar biasanya akan merupakan suatu pertambahan dalam jumlah
modal kerja. Penjualan gedung, mesin, dan peralatan berat lainnya akan
mengakibatkan pertambahan kas tanpa diikuti oleh pertambahan dalam
jumlah hutang jangka pendek.

Sedangkan penggunaan-penggunaan modal kerja meliputi :
1. Pengurangan jumlah hutang tidak lancar. Pengurangan dalam jumlah hutang
tidak lancar biasanya akan mengurangi jumlah modal kerja. Misalnya
pelunasan hutang jangka panjang akan mengurangi kas tanpa diikuti oleh
pengurangan dalam hutang jangka pendek. Pengkonversian obligasi kepada
modal saham merupakan pengecualian dalam hal ini.
2. Pengurangan jumlah modal saham. Suatu pengurangan jumlah modal saham
akan mengakibatkan berkurangnya modal kerja. Pembelian dan pemilikan
kembali saham-sahamnya oleh perusahaan akan memerlukan penggunaan
modal kerja.
3. Pengurangan jumlah laba yang tidak dibagi. Pengurangan dalam jumlah laba
yang tidak dibagi biasanya mengakibatkan pengurangan jumlah modal kerja.
Misalnya pembayaran dividen akan mengurangi modal kerja, tetapi
pengeluaran stock dividen tidak akan mempengaruhi jumlah modak kerja
karena hanya akan mengurangi jumlah laba yang tidak dibagi di satu pihak
dan penambahan modal saham di lain pihak dengan jumlah yang sama.
4. Penambahan harta tidak lancar. Suatu pertambahan dalam harta tidak lancar
akan mengakibatkan pengurangan modal kerja, misalnya pembelian mesin
dan peralatan-peralatan baru akan mengurangi kas atau harta lancar tanpa
diikuti pengurangan yang sama dalam jumlah hutang jangka pendek.

Jika jumlah modal kerja pada suatu saat lebih besar dari pada jumlah modal
kerja pada saat sebelumnya berarti ada kenaikan modal kerja. Hal ini disebabkan
karena sumber-sumbernya lebih besar dari penggunaannya sehingga mempunyai
efek netto yang positif terhadap modal kerja. Sebaliknya kalau penggunaannya lebih
besar dari sumbernya maka efek nettonya akan memperkecil modal kerja. Kalau
besarnya sumber persis sama dengan besarnya penggunaan berarti tidak ada efek
nettonya terhadap modal kerja sehingga besarnya modal kerja tidak berubah.
Untuk menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja sehingga
dapat dilakukan daftar neraca untuk dua periode atau dua titik waktu. Laporan
tersebut menggambarkan perubahan dari masing-masing elemen neraca antar
kedua titik waktu itu dan setiap perobahan elemen tersebut mencerminkan adanya
sumber dan penggunaan modal kerja.

Adapun langkah-langkah dalam menyusun
laporan sumber atau penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut :
1. Menyusun laporan perubahan modal kerja
Laporan ini menggambarkan perubahan dari masing-masing unsur modal
kerja atau unsur current account antara dua titik waktu. Dengan laporan
tersebut dapat diketahui adanya kenaikan atau penurunan modal kerja serta
besarnya perubahan modal kerja.
2. Mengelompokkan perubahan-perubahan dari unsur-unsur non current
accounts antara dua titik waktu tersebut kedalam golongan yang mempunyai
efek memperbesar modal kerja dan golongan yang mempunyai efek
memperkecil modal kerja.
3. Mengelompokkan unsur-unsur dalam laporan laba ditahan kedalam golongan
yang mempunyai efek memperbesar modal kerja dan golongan yang
mempunyai efek memperkecil.
4. Menyusun laporan sumber dan penggunaan modal kerja.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Syafaruddin. 1993. Alat-alat Analisis Dalam Pembelanjaan. Edisi ketiga,
cetakan pertama. Yogyakarta : Andi Ofset
Gitosdarmo, Indriyo dan Basry. 1989. Manajemen Keuangan. Edisi kedua, cetakan
pertama. Yogyakarta : BPFE.
Munawir, S. 1988. Analisa Laporan Keuangan. Edisi ketiga, cetakan pertama.
Yogyakarta : Liberty.
Djarwanto, PS. 1989. Pokok-pokok Analisa Laporan Keuangan. Edisi pertama,
cetakan kedua. Yogyakarta : BPFE.
Riyanto Bambang. 1995. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi keempat.
Yogyakarta : Yayasan Badan Penerbit Gadjah Mada.
Samosir, Anton. 1985. Kebijakan Manajemen Pembelanjaan. Medan : Universitas
HKBP Nomensen.
Schall Lawrence D, Charles W. Harley. 1988. Introduction to Financial Management.
Fifth Edition. United Nation of America : Mc. Graw-Hill
Weston, J. Fred, Thomas Copeland. Managerial Finance. Edisi 8th. CBS International :
Driden Press.