Jika Anda dihadapkan pada 2 pilihan di mana pilihan pertama adalah diberi
uang pada saat ini (misalkan tanggal 1 Januari 2001) diberi uang sebesar
Rp1.000.000,00, dan yang kedua Anda akan diberi uang dengan jumlah yang
sama tetapi pada tahun berikutnya (1 Januari 2002) dengan tingkat kepastiaan
100%, artinya Anda pasti menerimanya tanpa ada pengurangan. Maka Anda
akan menerima uang sebesar Rp1.000.000,00 pada tanggal 1 Januari 2001,.
Demikian juga sebaliknya jika Anda disuruh membayar Rp1.000.000,00 pada
saat ini dengan membayar untuk jangka 1 tahun berikutnya, maka Anda akan
memilih pembayaran akan dilakukan pada tanggal 1 Januari 2002 dibanding
tanggal 1 Januari 2001. Dari urain di atas menunjukkan bahwa sebenarnva kita
menghargai uang secara berbeda, apabila waktunya tidak sama. Dengan kata
lain kita mengakui bahwa uang mempunyai nilai waktu. Anda menyukai
menerima Rp 1.000.000,- saat ini dari pada nanti, karena kita menganggap bahwa
nilai sekarang dari Rp100,00 saat ini adalah lebih besar dari pada nilai sekarang
Rp1.000.000,00 pada waktu yang akan datang. Sebaliknya kalau kita membayar,
kita lebih suka membayar nanti/waktu yang akan datang, karena kita
menyadari bahwa Rp1.000.000,00 nanti nilainya lebih kecil dari pada
Rp1.000.000,00 pada saat ini. Inilah yang disebut konsep nilai waktu uang (time
value of money).
Mengapa kita selalu merasa bahwa nilai mata uang mengalami penurunan?
Sebab tidak lain adalah adanya pengaruh inflasi. Semakin tinggi tingkat inflasi.
semakin cepat penurunan nilai mata uang. Hal semacam ini jelas kita amati
dalam kehidupan sehari-hari. Kalau inflasi diharapkan meningkat, maka pada
umumnya bank-bank harus memberikan suku bunga simpanan yang makin
tinggi agar masyarakat tetap bersedia menyerahkan dana mereka (menabung)
pada bank-bank tersebut. Apabila tingkat bunga simpanan ini lebih kecil
daripada tingkat inflasi yang diharapkan oleh masyarakat, maka tidak akan ada
seorang pun yang bersedia menyimpan dananya di bank.
Untuk membicarakan konsep nilai waktu uang (time value of money) ini kita
akan bicarakan tentang bunga majemuk dan nilai sekarang (present values).
BUNGA MAJEMUK
Bunga majemuk, juga sering disebut sebagai bunga berbunga, menunjukkan
bunga dari suatu pokok pinjaman misalnya, juga akan dikenakan bunga pada
periode selanjutnya. Pengertian ini sangatlah penting bagi kita nantinya.
NILAI SEKARANG (PRESENT VALUE)
Nilai sekarang (Present Value) menunjukkan berapa nilai uang pada saat ini
(sekarang) untuk jumlah nilai tertentu di masa yanga akan datang. Misalnya kita
hendak beli telpon gemgam merk Nokia 3310, diperkirakan harga telepon
tersebut adalah sebesar Rp1.000.000,00; sedangkan tingkat bunga yang berlaku
di bank (SBI) adalah 15% per tahun. Jika kita hendak membeli telepon gemgam
untuk satu tahun yang akamn datang, berapakah jumlah uang yang harus kita
tanamkan (tabung) di bank tersebut pada saat ini (sekarang)?.
Nilai Sekarang Anuitas (Present Value Anuity)
Nilai sekarang suatu anuitas menyangkut pemecahan kasus pencarian/
penghitungan nilai sekarang suatu anuitas dengan dasar besarnya anuitas
dan data lain seperti i (interest) dan n (periode) diketahui atau sebaliknya
mencari nilai NSA (Nilai Sekarang Anuitas) untuk nilai sekarang yang sudah
diketahui, termasuk tingkat bunga, i dari n. Nilai sekarang suatu anuitas,
pembayaran maupun penerimaan dilakukan pada setiap akhir periode. Nilai
sekarang suatu anuitas dapat berupa penerimaan maupun pembayaran.
TEKNIK ANALISIS INVESTASI
Pada umumnya di dalam menganalisis suatu investasi dikenal ada 7(tujuh)
model, di antaranya :
1. Intuisi
2. Metode periode pengembalian (payback period)
3. Metode rata-rata tingkat pengembalian akuntansi (average annual accounting
rate of return)
4. Metode nilai bersih sekarang (net present value)
5. Indek provitabilitas (provitability index)
6. Metode tingkat kembalian internal; dan
7. MIRR
METODE INTUISI
Seringkali keputusan investasi yang dibuat oleh manajer didasarkan atas
intuisi. Sikap seperti ini sering dilakukan oleh perusahaan yang relatif masih
kecil. Banyak sekali manajer yang menyadari evaluasi subjektif mengenai
berbagai alternatif dari pada membuat analisis keputusan kuantitatif yang
terperinci. Faktor kunci keputusan mereka adalah derajat kepentingan atau
kemampuan untuk menangguhkan proyek investasi. Tidak sedikit dari para
manajer ini datang kepada para dukun atau paranormal ataupun para kiai.
Dalam perusahaan yang menengah dan besar maka sangat sulit menerapkan
konsep intuisi ini dan merupakan metode yang sulit untuk dibenarkan.
Metode periode pengembalian (payback period method)
Ini merupakan metode yang paling sederhana dan paling banyak dipakai
dalam mengukur tingkat kewajaran atau kelayakan suatu proyek investasi.
Metode ini tidak memasukkan unsur nilai waktu uang di dalam perhitungannya.
Periode pengembalian didefinisikan sebagai banyaknya periode (tahun) yang
diperlukan untuk menutup pengeluaran investasi yang dilakukan. Manakala
usulan investasi diharapkan menghasilkan aliran kas yang jumlah setiap
tahunnya sama maka metode ini dapat ditetapkan secara sederhana dengan cara
membagi pengeluaran investasi awal dibagi jumlah aliran kas masuk. Suatu
misal, perusahan menginvestasikan di bidang peralatan sebesar Rp
100.000.000,00 dengan aliran kas masuk yang diharapkan sebesar Rp
20.000.000,00 maka berarti perusahaan akan dapat menerima uangnya kembali
selama (lima) tahun yaitu (Rp 100.000.000,00:5).
Secara matematis formula periode pengembalian adalah sebagai berikut:
Pengeluaran investasi
PP= _____________________________
Besarnya aliran kas masuk
Manakala jumlah aliran kas masuk tidak sama setiap tahunnya maka jumlah
aliran kas masuk ditambahkan per tahun sampai berjumlah sama dengan
pengeluaran investasi, atau mengurangi pengeluaran investasi
Misalkan suatu perusahaan sedang menilai sebuah proyek investasi senilai
Rp 150.000.000,00, dan perusahaan menyusutkan proyek tersebut dengan
menggunakan metode garis lurus (Straight line metod) dengan perkiraan umur 6
tahun sedangkan laba setelah pajak (Net Income After Taxes), pada setiap
tahunnya diperkirakan sebagai berikut :
1. Laba akhir tahun pertama sebesar Rp 30.000.000,00
2. Laba akhir tahun kedua sebesar Rp 25.000.000,00
3. Laba akhir tahun ketiga sebesar Rp 35.000.000,00
4. Laba akhir tahun keempat sebesar Rp 50.000.000,00
5. Laba akhir tahun kelima sebesar Rp 45.000.000,00
6. Laba akhir tahun keenam sebesar Rp 25.000.000,00
Dari penghasilan laba setelah pajak tersebut di atas, maka kita susun aliran
kas masuk, yaitu NIAT ditambah dengan penyusutan (misalkan Rp10.000.000,00
per tahun), dengan demikian arus kas akan menjadi :
1. Aliran kas masuk akhir tahun pertama sebesar Rp 40.000.000,00
2. Aliran kas masuk akhir tahun kedua sebesar Rp 35.000.000,00
3. Aliran kas masuk akhir tahun ketiga sebesar Rp 45.000.000,00
4. Aliran kas masuk akhir tahun keempat sebesar Rp 60.000.000,00
5. Aliran kas masuk akhir tahun keliama sebesar Rp 55.000.000,00
6. Aliran kas masuk akhir tahun keenam sebesar Rp 35.000.000,00
Untuk memperoleh perhitungan periode pengembalian dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
Perhitungan Periode pengembalian investasi :
Aliran kas masuk tahun I Rp 40.000.000,00
Sisa pengeluaran investasi setelah tahun I Rp 110.000.000,00
Aliran kas masuk tahun II Rp 35.000.000,00
Sisa pengeluaran investasi setelah tahun II Rp 75.000.000,00
Aliran kas masuk tahun III Rp 45.000.000,00
Sisa pengeluaran investasi setelah tahun IV Rp 30.000.000,00
Setelah dikurangi selama 3 tahun maka sisa pengeluaran investasi masih
sebesar Rp30.000.000,00 dan ini untuk tahun ke empat karena aliran kas masuk
untuk tahun itu sebesar Rp60.000.000,00 sedangkan sisanya hanya sebesar
Rp30.000.00,00 maka diperlukan lama pengembaliannya adalah:
Rp 30.000.000,00
---------------------------- x 1 tahun = 0,50 tahun = 6 bulan;
Rp 60.000.000,00
Sehingga proyek investasi tersebut di atas memerlukan waktu pengembalian,
selama 3½ (tiga setengah) tahun. Jika perusahaan dihadapkan pada pemilihan
berbagai aftematif, maka yang dipilih adalah proyek investasi yang memerlukan
waktu paling cepat dalam pengembaliannya.
Dari contoh di atas, di mana pemasukan kas pada setiap periodenya tidak
sama, maka dapatlahnkita sederhanakan dengan menggunakan formula sebagai
berikut :
Io - c
PP (payback Period) = t + -----------
d - c
Di mana :
t = tahun terakhir dimana jumlah arus kas belum mencukupi investasi awal.
Io = Investasi awal (Initial Outlay)
C = Arus kas kumulatif pada tahun ke – t
D = Jumlah kumulatif arus kas pada tahun ke t + 1
Rp 150.000.000,00 - Rp 120.000.000,00
PP = 3 + --------------------------------------------------------
Rp 180.000.000,00 – Rp 120.000.000,00
Rp 30.000.000,00
PP = 3 + --------------------------- = 3+ (3/6) = 3½
Rp 60.000.000,00
Tolok ukur penerimaan atau penolakan dari investasi, bila dilihat dari
metode ini adalah sebagai berikut :
Jika PP < PP yang disyaratkan, maka proyek diterima
Jika PP > PP yang disyaratkan, maka proyek ditolak.
Misalkan, diasumsikan bahwa sebuah perusahaan mempunyai 3 (tiga)
proyek investasi dengan nilai sisa Rp0,00 Sedangkan periode tingkat pengembalian
dari setiap usulan proyek investasi adalah sebagai berikut:
Periode pengembalian untuk setiap proyek
Proyek Periode Urutan
Pengenibalian
=================================
A 4 tahun 3
B 3 tahun 2
C 2 tahun 1
-------------------------------------------------------------
Atas dasar metode periode pengembalian, maka yang akan dipilih terlebih
dahulu adalah proyck C sebab proyek C ini tingkat pengembaliannya yang
paling cepat. Jika dana yang tersedia cukup untuk 2 (dua) proyek investasi maka
yang akan dipilih adalah proyek investasi C dan B.
Metode periode pengembalian mempunyai keuntungan tertentu, diantaranya
mudah menghitung dan mudah dimengerti. Metode ini sangat tepat
digunakan oleh proyek investasi yang mempunyai masa manfaat relatif pendek.
Jika perekonomian suatu negara dalam situasi dan kondisi penerapan
kebijaksanaan uang ketat, maka proyek yang tingkat periode pengembaliannya
yang terpendeklah yang dipilih sebab akan menghasilkan tingkat kembali
investasi yang lebih besar meskipun sangat terkait sekali dengan kesediaan
dana. Dari uraian di atas telah disebutkan, sementara metode periode
pengembalian mempunyai keuntungan akan tetapi juga kelemahan yaitu :
1. Metode ini mengabaikan nilai waktu dari uang (time value of money), di mana
ini menyamakan uang yang akan diterima di masa yang akan datang uang
pada saat ini, dalam hal ini tidak sesuai dengan prinsipyang sudah diakui
oleh umum, yang menyatakan bahwa uang sekarang lebih jauh lebih
berharga dan bermanfaat dari uang di masa yang akan datang (future value).
2. Sulitnya menerapkan periode pengembalian yang diinginkan.
3. Metode ini mengabaikan seluruh arus kas yang akan diterima setelah
periode pengembalian telah sesuai dengan dana yang telah dikeluarkan
dengan demikian dianggap gagal mempertimbangkan kondisi
perekonomian usulan investasi.
Metode Nilai Bersih Sekarang (Net Present Value Method)
Jika pada 3 (tiga) metode pertama tidak memperhitungkan pengaruh waktu
terhadap nilai uang maka pada pembahasan NPV ini dan selanjutnya pengaruh
waktu terhadap nilai uang sudah dimasukkan ke dalam perhitungan. Dua
metode yang paling banyak dipakai di dalam mengevaluasi manfaat ekonomis
suatu usulan proyek investasi adalah metode periode pengembalian dan metode
rata-rata tahunan tingkat kembali akuntansi, akan tetapi sayang mempunyai
beberapa kelemahan dan kesukaran seringkali muncul ketika dihadapkan
kepada proyek investasi yang dilematis. Untuk memberikan jalan keluar dari
kelemahan dari dua metode tersebut di atas maka diperkenalknlah metode nilai
bersih sekarang (net present value method) dan tingkat kembali internal (internal
rate of return) suatu perusahaan. Untuk menerapkan metode nilai bersih
sekarang dan metode tingkat kembali internal maka diperlukan beberapa
langkah, yaitu:
Langkah pertama. Menetapkan tarif bunga (diskonto) yang tepat. Menetapkan
tarif bunga (diskonto) yang tepat kelihatannya mudah akan tetapi sebetulnya
melalui proses perenungan dan pemikiran yang cukup panjang. Kesalahan di
dalam menentukan tarif bunga (diskonto) akan berakibat cukup serius terhadap
diterima atau ditolaknya suatu usulan proyek investasi yang akan kita lakukan.
Diperlukan perses penjaringan dan pembandingan yang hati-hati, kira-kira
berapa prosen suatu tarif bunga (diskonto) atau tarif diskonto itu dianggap
layak dan wajar. Penetapan tarif bunga (diskonto) yang terlalu besar akan
menyebabkan ditolaknya suatu usulan proyek padahal pihak lain menerimanya
dan mengoperasionalkannya secara berhasil. Sedangkan menetapkan tarif bunga
(diskonto) yang terlalu rendah akan menyebabkan suatu usulan proyek investasi
diterima padahal pihak lain menolaknya. Tarif bunga (diskonto) akan
menggambarkan tingkat kembali minimal yang akan diterima.
Meskipun demikian, tarif bunga (diskonto) yang tepat sangat tergantung,
kepada derajat ketidakpastian suatu proyek investasi serta tingkat inflasi yang
sedang melanda suatu negeri. Karena farif bunga (diskonto) merupakan titik
tolak diterima atau ditolaknya suatu proyek investasi maka penetapan tarif
bunga (diskonto) ini merupakan proses pengambilan keputusan yang paling
rumit.
Langkah kedua.Menghitung nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih yang
merupakan hasil diharapkan dari diterimanya suatu proyek investasi.
Langkah ketiga. Menghitung nilai sekarang dari pengeluaran proyek investasi.
Pengeluaran proyek Investasi yang dikeluarkan perusahaan seringkali tidak satu
kali melainkan beberapa kali selama periode tertentu, misal selama satu tahun.
Karena pengeluaran kas seringkali beberapa kali maka perlu ditarik ke awal
periode, sehingga analisis akan dimulai dari titik awal yang sama, dan
Langkah keempat. Mengurangkan nilai sekarang dari pengeluaran proyek
investasi dari nilai sekarang aliran kas masuk bersih. Perbedaan atau selisih ini
disebut dengan istilah nilai sekarang bersih (net present value), yang secara
matematis dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
ΔCF1 ΔCF2 ΔCFn
NPV = ------------ + ------------ + . . . + ------------ - Io
(1+k)1 (1+k)2 (1+k)n
n ΔCFt
NPV = Σ ------------ - Io
t=1 (1+k)n
di mana :
NPV = Net Present Value ( Nilai Bersih sekarang)
CFt = Arus kas pada tahun ke-t
Io = Pengeluaran awal
K = biaya modal
n = umur proyek
t = 1,2,3,4 dst
Pada metode NPV (nilai bersih sekarang) ini tolok ukur yang digunakan
adalah sebagai berikut :
Jika NPV ≥ 0, maka proyek diterima
Jika NPV < 0, maka proyek ditolak
Jika suatu keputusan dihadapkan pada pemilihan beberapa alternatif proyek,
maka yang akan dipilih adalah proyek yang mempunyai hasil NPV yang paling
besar. Berdasarkan data yang telah ada pada Tabel 12.7, NPV untuk pembukuan
pabril BELA dapat dihitung dengan bantuan Tabel 12.8, dengan data tambahan
bahwa biaya modal proyek investasi berlaku sebesar (misalkan 12%). Dari Tabel
12.8 dengan bantuan tabel terlampir (compounding Interest factors), akan diperoleh
hasil perhitungan NPV sebagai berikut :
TINGKAT KEMBALIAN INTERNAL (INTERNAL RATE OF RETURN)
Diantara semua analisis investasi yang ada, analisis inilah yang paling sulit,
akan tetapi untuk perusahaan menengah ke atas, justru analisis inilah yang
paling banyak digunakan. Tingkat kembali internal (internal rate of return)
didefinisikan sebagai tingkat diskonto riil yang terjadi karena adanya
serangkaian aliran kas masuk terhadap pengeluaran awal investasi. Dengan
kata lain, tingkat kembali internal adalah tingkat bunga (diskonto) yang akan
menyebabkan nilai sekarang bersih sama dengan 0 (nol) sebab jika nilai sekarang
bersih sama dengan nol, maka nilai sekarang aliran kas masuk akan, sama
dengan nilai sekarang pengeluaran awal investasi. Jika pada metode” nilai
sekarang bersih (net present valtie) tingkat bunga (diskonto) ditetapkan terlebih
dahulu, maka pada metode tingkat kembali investasi ini; dengan adanya
serangkaian aliran kas masuk dan pengeluaran investasi awal akan diketahui
tingkat bunga (diskonto) riilnya. Keputusan mengenai diterima atau ditolaknya
proyek investasi tergantung kepada berapa tingkat bunga (diskonto) yang
diinginkan. Jika terdapat berbagai proyek eksklusif satu sama lain maka yang
akan diterima adalah proyek investasi yang mempunyai tingkat bunga
(diskonto) yang tertinggi. Biasanya tingkat kembali investasi (IRR)
diperbandingan dengan beban modal (BM = cost of capital), yang dipilih.
Sehingga suatu proyek investasi diterima manakala IRR> COC, akan ditolak
manakala IRR < COC. Rumus yang digunakan sama dengan nilai sekarang
bersih (NSB), bedanya dalam metode tingkat kembali investai. (IRR), nilai i
(bunga) tidak diketahui dan harus dicari.
Persamaan untuk menghitung IRR adalah sebagai berikut :
ΔCF1 ΔCF2 ΔCFn
-------------- + -------------- + . . . + -------------- - Io = 0
(+IRR)1 (1+IRR)2 (1+IRR)n
n ΔCFt
Σ ------------ - Io = 0
t=1 (1+k)n
Maka Nilai IRR ini dapat diperkirakan dengan formula sebagai berikut:
NPV1
IRR = i1 + ---------------------- . (i2 - i1) rumus 12.8
NPV1 - NPV2
Di mana :
IRR = tingkat pengembalian internal
NPV1 = nilai sekarang bersih pada discount rate i1
NPV2 = nilai sekarang bersih pada discount rate i2
i1 = discount rate percobaan pertama
i2 = discount rate percobaan kedua
Berdasarkan metode IRR ini, tolok ukur yang digunakan adalah sebagai
berikut :
Jika IRR≥COC, maka proyek investasi diterima, dan
Jika IRR
atau beberapa alternatif proyek, maka yang dipilih adalah proyek yang
menghasilkan IRR yang terbesar.
Cara menghitung usulan investasi dengan metode IRR, dilakukan dengan
trial and error atas discount rate yang mendekati nilai IRR, yaitu i1 dan i2, kemudian
dengan i1 dan i2 tersebut digunakan untuk menghitung NPV1 dan NPV2 sedapat
mungkin selisih antara i1 dan i2 antar 1 sampai 5%, karena jika terlalu besar akan
menghasilkan deviasi IRR perhitungan dengan IRR yang sebenarnya semakin
besar.
Prosedur perhitungan IRR dilakukan sebagai berikut :
a. Tentukan discount rate sembarang, dan hitunglah nilai sekarang (NPV) dari
proyek investasi yang akan dicari IRR-nya dengan menggunakan discount
rate tersebut;
b. Apabila dengan discount rate tersebut ternyata mengahsilkan NPV positif
atau negatif yang terlalu besar, maka tambah atau kurangi besarnya discount
rate sehingga mengahsilkan NPV positif atau negatif yang mendekati 0 (nol);
c. Dari hasil perhitungan NPV positif/negatif yang sudah mendekati 0 (nol),
sekarang bisa ditentukan i1 dan i2-nya, i1 misalnya dianggap sebagai discount
rate yang menghasilkan NPV positif maka i2 dianggap sebagai discount rate
yang menghasilkan NPV negatif, dan
d. Dari hasil perhitungan NPV dengan discount rate i1 dan i2 di atas, masukan
pada formula IRR, maka IRR proyek yang dihitung dapat ditemukan.
a dengan metode NPV. Indeks profitabilitas suatu proyek investasi dapat
dihitung dengan formula sebagai berikut :
n DCFt
PI = Σ ------------- : Io rumus 12.9
t=1 (1+k)n
Keterangan :
PI = Indeks Profitabilitas
CFt = Arus kas pada tahun ke-t
Io = Pengeluaran awal
K = biaya modal
n = umur ekonomis proyek
t = 1,2,3,4 dst
Tolok ukur penerimaan suatu proyek investasi dengan menggunakan
metode indeks profitabilitas adalah sebagai berikut :
Jika PI ≥ 1, maka proyek diterima
Jika PI < 1, maka proyek ditolak
Jika dalam evaluasi investasi proyek dilakukan dengan pemilihan salah satu
atas beberapa alternatif proyek, maka yang akan dipilih adalah proyek yang
mempunyai nilai PI yang paling besar.
Tingkat Pengembalian internal Modifikasi (MIRR)
MIRR merupakan penyempurnaan atau modifikasi dari metode IRR. Asumsi
yang digunakan pada metode IRR adalah bahwa tingkat pengembalian dari
investasi akan kembali sebesar IRR-nya, bukan sebesar biaya modalnya (COC).
Hal inilah yang dianggap merupakan salah satu kelemahan dari metode IRR.
Untuk memperbaiki kelemahan tersebut muncullah metode MIRR, yang
dianggap lebih baik, dari IRR. MIRR dapat didefinisikan dalam bentuk rumus,
yaitu sebagai berikut :
PV cost = PV terminal value
n
S CIFt (1 + k)n-t
n COFt t=0
Σ ------------ = ---------------------------- …………
rumus 12.9
t=0 (1 +k)t (1 + MIRR)n
TV TV
PV cost = -------------------- atau I0 = --------------------
(1 + MIRR)n (1 + MIRR)n
Dimana :
PV = Nilai sekarang (present value)
COFt = arus kas keluar pada tahun ke – t
CIFt = arus kas masuk pada tahun ke - t
k = biaya modal
MIRR = tingkat pengembalian internal modifikasi
t = 1,2,3,dst
n = umur ekonomis proyek
Pada sisi kiri persamaan formula di atas, nilai sekarang (PV) pengeluaran
investasi didiskontokan dengan biaya modal (COC). Pada sisi kanan persamaan
formula nilai akan datang dari arus kas masuk, dianggap bahwa arus kas masuk
diinvestasikan kembali pada tingkat biaya modal. Jumlah hasil pemajemukan
dari seluruh arus kas masuk disebut terminal value (TV). Tingkat diskonto yang
menyamakan nilai sekarang pengeluaran investasi dengan nilai sekarang
terminal value disebut MIRR.
Metode ini menggunakan tolok ukur, penerimaan dan pengeluaran adalah
sebagai berikut :
Jika MIRR>COC maka proyek diterima
Jika MIRR
beberapa alternatif proyek, maka dipilih adalah proyek yang mempunyai nilai
MIRR yang paling besar.
Berikutnya, penentuan biaya modal. Penentuan biaya modal (COC)
sangatlah penting dan menentukan kesimpulan hasil penilaian. Pada analisis
NPV, PI dan MIRR, biaya modal digunakan sebagai discount rate, sedangkan
pada analisis IRR dan MIRR digunakan sebagai standar penilaian
penerimaan/penolakan. Kesalahan penentuan biaya modal akan berakibat pada
kesalahan dalam pengambilan keputusan investasi.
Penilaian terhadap arus kas dapat dilakukan dengan beberap metode. Secara
teoretis, metode yang baik, untuk digunakan adalah yang menggunakan prinsip
nilai waktu uang (time value of money). Metode penilaian investasi yang dapat
digunakan meliputi Payback period, Average rate of return, Net present value, internal
of return, profitability index, dan Modifued internal of return. Masing-masing metode
mempunyai kelebihan dan kelemahan.