Rotating X-Steel Pointer

Senin, 25 Oktober 2010

PROSES KONFIRMASI

Sumber: PSA No. 07

PENDAHULUAN DAN KETERTERAPAN
01 Seksi ini memberikan panduan tentang proses konfirmasi dalam audit yang
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.Seksi ini:
a. Mendefinisikan proses konfirmasi (lihat paragraf 04).
b. Menjelaskan hubungan prosedur konfirmasi dengan penaksiran risiko audit oleh auditor
(lihat paragraf 05 s/ d 10).
c. Menggambarkan faktor-faktor tertentu yang berdampak terhadap keandalan konfirmasi
(lihat paragraf 16 s/d 27).
d. Menyediakan panduan dalam pelaksanaan prosedur alternatif jika jawaban atas permintaan
konfirmasi tidak diterima (lihat paragraf 31 s/ d 32).
e. Menyediakan panduan dalam mengevaluasi hasil prosedur konfirmasi (lihat paragraf 33).
f. Secara khusus membahas konfirmasi piutang dan mengganti SA Seksi 331 [PSA No. 07]
Sediaan, paragraf 03 s.d. 08 dan sebagian dari paragraf 01 yang membahas konfirmasi
piutang (lihat paragraf 34 dan 35). Seksi ini tidak menggantikan bagian dari paragraph 01
dalam Seksi 331 yang membahas konfirmasi sediaan.
02 Seksi ini tidak mengatur lingkup dan saat penerapan prosedur konfirmasi. Panduan tentang
lingkup prosedur audit (yang mencakup pertimbangan mengenai penentuan jumlah unsur yang
dikonfirmasi) dapat dilihat dalam SA Seksi 350 [PSA No. 26] SamplingAudit dan SA Seksi 312 [PSA No.
25] Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit. Panduan tentang saat penerapan
prosedur konfirmasi dimasukkan ke dalam SA Seksi 313 [PSA No. 05] Pengujian Substantif
Sebelum Tanggal Neraca.
03 Sebagai tambahan, Seksi ini juga tidak mengatur mengenai masalah-masalah dijelaskan
dalam SA Seksi 336 [PSA No. 39] Penggunaan Pekerjaan Spesialis.

DEFINISI PROSES KONFIRMASI
04 Konfirmasi adalah proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi langsung dari pihak
ketiga sebagai jawaban atas suatu permintaan informasi tentang unsur tertentu yang berdampak
terhadap asersi laporan keuangan. Proses konfirmasi mencakup:
a. Pemilihan unsur yang dimintakan konfirmasi.
b. Pendesainan permintaan konfirmasi.
c. Pengkomunikasian permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang bersangkutan.
d. Pemerolehan jawaban dari pihak ketiga.
e. Penilaian terhadap informasi, atau tidak adanya informasi, yang disediakan oleh pihak ketiga
mengenai tujuan audit, termasuk keandalan informasi tersebut.

HUBUNGAN PROSEDUR KONFI RMASI DENGAN PENAKSI RAN RI SI KO AUDI T OLEH
AUDI TOR
0 5 SA Seksi 312 [PSA No. 25] Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit
menjelaskan model risiko audit. Seksi tersebut menggambarkan konsep penetapan risiko bawaan
dan risiko pengendalian, penentuan tingkat risiko deteksi yang dapat diterima, dan pendesainan
suatu program audit untuk mencapai tingkat risiko audit yang sedemikian rendah. Auditor menggunakan
penentuan risiko audit dalam penentuan prosedur audit yang akan diterapkan, termasuk apakah
prosedur audit tersebut meliputi konfirmasi.
06 Konfirmasi dilaksanakan untuk memperoleh bukti dari pihak ketiga mengenai asersi
laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit
menyatakan bahwa, pada umumnya, dianggap bahwa "Bukt i audit yang diperoleh dari sumber
independen di luar entitas memberikan keyakinan yang lebih besar atas keandalan untuk tujuan
audit independen dibandingkan dengan bukt i audit yang disediakan hanya dari dalam
ent itas tersebut . "
07 Semakin besar gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditetapkan,
semakin besar keyakinan yang diperlukan auditor dari pengujian substantif yang bersangkutan dengan
asersi laporan keuangan. Sebagai konsekuensinya, dengan kenaikan gabungan tingkat risiko bawaan
dan risiko pengendalian, auditor mendesain pengujian substantif untuk memperoleh lebih banyak
bukti atau bukti yang berbeda mengenai asersi laporan keuangan. Dalam keadaan ini, auditor
kemungkinan menggunakan prosedur konfirmasi, bukan pengujian terhadap dokumen dari dalam
entitas tersebut, atau menggunakan prosedur konfirmasi bersamaan dengan pengujian terhadap
dokumen atau pihak dari dalam, entitas itu sendiri.
08 Transaksi yang kompleks atau tidak biasa kemungkinan berkaitan dengan tingkat risiko
bawaan dan risiko pengendalian. Jika entitas melaksanakan transaksi yang tidak biasa
atau kompleks dan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian yang ditaksir adalah
tinggi, auditor harus mempertimbangkan untuk mengkonfirmasi syarat-syarat transaksi tersebut kepada
pihak ketiga sebagai tambahan terhadap pemeriksaan atas dokumentasi yang disimpan oleh entitas
tersebut. Sebagai contoh, jika gabungan risiko bawaan dan risiko pengendalian yang telah
ditetapkan terhadap terjadinya pendapatan yang berasal dari penjualan akhir tahun yang tidak biasa
adalah tinggi, auditor harus mempertimbangkan konfirmasi terhadap syarat-syarat penjualan
tersebut.
0 9 Auditor harus menetapkan apakah bukti yang diperoleh dari konfirmasi mengurangi risiko audit
yang bersangkutan dengan asersi yang bersangkutan pada tingkat rendah yang dapat diterima. Dalam
menetapkan ini, auditor harus mempertimbangkan materialitas saldo akun dan penaksiran risiko
bawaan dan risiko pengendalian. Jika auditor berkesimpulan bahwa bukt i yang diperoleh dari
konfrrmasi saja tidak memadai, prosedur tambahan harus dilaksanakan. Sebagai contoh, untuk
mencapai risiko audit pada tingkat yang cukup rendah yang bersangkutan dengan asersi kelengkapan
dan keberadaan piutang usaha (account receivable) , auditor dapat melaksanakan pengujian pisah
batas penjualan sebagai tambahan terhadap konfirmasi piutang usaha.
10 Semakin rendah gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran semakin
berkurang keyakinan yang diperlukan oleh auditor dari pengujian substantif untuk membentuk
kesimpulan mengenai asersi laporan keuangan. Sebagai akibatnya, jika gabungan tingkat risiko bawaan
dan risiko pengendalian taksiran mengalami penurunan untuk asersi tertentu, auditor dapat mengubah
pengujian substantif dengan mengubah sifat pengujiannya dari pengujian yang lebih efektif
(memerlukan biaya yang lebih besar) ke pengujian yang kurang efektif (dan memerlukan biaya
yang lebih rendah). Sebagai contoh, jika gabungan risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran atas
keberadaan piutang karyawan sedemikian rendah, auditor dapat membatasi prosedur substantif dengan
menginspeksi catatan piutang karyawan yang disediakan oleh klien, dan tidak melakukan konfirmasi saldo
piutang karyawan.
ASERSI YANG DI TUJU DENGAN KON FI RMASI
11 Agar bukti yang diperoleh kompeten, bukti harus andal dan relevan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi keandalan konfirmasi diuraikan dalam paragraf 16 sampai dengan paragraph 27. Relevansi
bukti tergantung atas hubungan bukti tersebut dengan asersi laporan keuangan yang dituju. SA Seksi
326 [PSA No. 07] Bukti Audit paragraf 03 menggolongkan asersi laporan keuangan ke dalam lima
golongan:
a. Keberadaan atau keterjadian.
b. Kelengkapan.
c. Hak dan kewajiban.
d. Penilaian dan alokasi.
e. Penyajian dan pengungkapan.
3 03 .3

12 Permintaan konfirmasi, jika didesain secara memadai oleh auditor, dapat ditujukan kepada satu
atau lebih asersi tersebut. Namun, konfirmasi tidak ditujukan kepada semua asersi secara bersamasama.
Konfirmasi barang yang dipegang oleh perusahaan yang dit it ipi (consignee) sebagai
barang konsinyasi akan merupakan cara yang lebih efekt if untuk membuktikan asersi
keberadaan dan hak dan kewajiban dibandingkan dengan untuk asersi penilaian. Konfirmasi
piutang usaha kemungkinan lebih efektif untuk asersi keberadaan dibandingkan untuk asersi
kelengkapan dan penilaian. Oleh karena itu, bila auditor memperoleh bukti untuk asersi yang tidak
cukup dari konfirmasi, ia harus mempertimbangkan prosedur audit lain untuk melengkapi prosedur
konfirmasi atau untuk menggantikan prosedur konfirmasi.
13 Permintaan konfirmasi dapat didesain untuk meminta bukti mengenai asersi kelengkapan:
yaitu, jika didesain dengan memadai, konfirmasi dapat menyediakan bukti untuk membantu penetapan
apakah semua transaksi dan akun yang harus dimasukkan dalam laporan keuangan telah dicantumkan.
Efektivitas konfirmasi yang ditujukan kepada asersi kelengkapan tergantung atas, sebagian, apakah
auditor memilih dari populasi yang semestinya untuk kepentingan pengujian yang dilakukan. Sebagai
contoh, pada waktu menggunakan konfirmasi untuk memperoleh bukti mengenai asersi kelengkapan
utang usaha, populasi yang semestinya adalah dapat berupa daftar penjual, bukan jumlah yang
dicatat dalam buku pembantu utang usaha.
14 Beberapa permintaan konfirmasi tidak didesain untuk mendapatkan bukti yang berkaitan
dengan asersi kelengkapan. Sebagai contoh, konfirmasi dapat didesain hanya untuk menguatkan
informasi yang disebutkan dalam permintaan konfirmasi. Dengan demikian konfirmasi ini tidak
memberikan keyakinan bahwa informasi mengenai akun yang tidak disebutkan dalam permintaan
konfirmasi tersebut dilaporkan oleh klien.

PROSES KONFIRMASI
15 Auditor harus menerapkan tingkat skeptisme profesional pada tingkat memadai selama
proses konfirmasi (lihat SA Seksi 230 [PSA No. 04) Penggunaan Kemahiran Profesional dengan Cermat
dan Seksama). Skeptisme profesional adalah penting dalam mendesain permintaan konfirmasi,
pelaksanaan prosedur konfirmasi, dan dalam penilaian hasil prosedur konfirmasi.

PEN DESAI NAN PERMI N TAAN KON FI RMASI
16 Permintaan konfirmasi harus didesain sesuai dengan tujuan audit tertentu. Jadi, pada
waktu mendesain permintaan konfirmasi, auditor harus mempertimbangkan asersi atau asersi-asersi
yang akan dituju dan faktor-faktor yang kemungkinan berdampak terhadap keandalan konfirmasi.
Faktor-faktor seperti bentuk permintaan konfirmasi, pengalaman
sebelumnya tentang audit atau perikatan serupa, sifat informasi yang dikonfirmasi, dan responden
yang dituju mempengaruhi pendesainan permintaan konfirmasi karena factor-faktor tersebut
mempunyai dampak langsung terhadap keandalan bukti yang diperoleh melalui prosedur konfirmasi.
Bentuk Permintaan Konfirmasi
17 Terdapat dua bentuk permintaan konfirmasi: (a) bentuk positif dan (b) bentuk negatif.
Beberapa konfirmasi bentuk positif meminta responden untuk menunjukkan apakah ia setuju dengan
informasi yang dicantumkan dalam permintaan konfirmasi. Bentuk konfirmasi positif lain tidak
menyebutkan jumlah (atau informasi lain) pada permintaan konfirmasi tetapi meminta responden
untuk mengisi saldo atau informasi lain pada ruang kosong yang disediakan dalam formulir
permintaan konfirmasi.
18 Bentuk konfirmasi positif menyediakan bukti hanya jika jawaban diterima oleh auditor dari
penerima permintaan konfirmasi. Permintaan konfirmasi yang tidak dijawab tidak memberikan bukti
audit mengenai asersi laporan keuangan yang dituju oleh prosedur konfirmasi.
19 Karena terdapat risiko bahwa penerima bentuk permintaan konfirmasi positif yang berisi
informasi yang dikonfirmasi di dalamnya kemungkinan hanya menandatangani dan mengembalikan
konfirmasi tersebut tanpa melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut formulir yang berisi ruangan
yang kosong dapat digunakan untuk mengurangi risiko tersebut. Jadi penggunaan konfirmasi dengan
ruang kosong yang harus diisi oleh responden dapat memberikan tingkat keyakinan yang lebih
besar mengenai informasi yang dikonfirmasi. Namun, konfirmasi yang berisi ruangan kosong yang
harus diisi oleh responden dapat mengakibatkan berkurangnya jumlah jawaban konfirmasi yang
diterima oleh auditor karena diperlukan usaha tambahan dari pihak penerima permintaan
konfirmasi; sebagai akibatnya, auditor kemungkinan harus melaksanakan lebih banyak prosedur
alternatif.
20 Bentuk konfirmasi negatif meminta penerima konfirmasi untuk memberikan jawaban
hanya jika ia tidak setuju dengan informasi yang disebutkan dalam permintaan konfirmasi.
Permintaan konfirmasi negat if dapat digunakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang
dapat diterima jika (a) gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran adalah rendah,
(b) terdapat sejumlah besar saldo akun yang kecil, (c) auditor tidak yakin bahwa penerima permintaan
konfirmasi akan mempertimbangkan permintaan tersebut. Sebagai contoh, dalam pemeriksaan terhadap
rekening giro dalam suatu lembaga keuangan, auditor sebaiknya menyertakan permintaan
konf irmasi negat if pada rekening koran reguler (regular bank statement) yang dikirimkan oleh
lembaga keuangan tersebut kepada nasabahnya, jika kombinasi risiko bawaan dan risiko pengendalian
taksiran pada tingkat yang rendah dan auditor tidak mempunyai alasan untuk meyakinkan dirinya bahwa
penerima konfirmasi tidak akan mempertimbangkan permintaan konfirmasi tersebut. Auditor harus
mempertimbangkan untuk melaksanakan prosedur substantif lain untuk melengkapi penggunaan konfirmasi
negatif.
21 Permintaan konfirmasi negatif dapat menghasilkan jawaban yang menunjukkan
adanya salah saji, dan kemungkinan besar akan terjadi demikian jika auditor mengirim
permintaan konfirmasi negatif dalam jumlah yang banyak dan tersebar secara luas. Auditor
harus menyelidiki informasi relevan yang dihasilkan dari konfirmasi negatif yang diterima oleh
auditor untuk menentukan kemungkinan dampak informasi tersebut terhadap auditnya. Jika
penyelidikan auditor terhadap jawaban permintaan konfirmasi negatif menunjukkan suatu
pola salah saji, auditor harus mempertimbangkan gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko
pengendalian taksiran dan mempertimbangkan dampaknya terhadap prosedur audit yang telah
direncanakan.
22 Meskipun konfirmasi negatif yang dikembalikan dapat memberikan bukti mengenai asersi
laporan keuangan, konfirmasi negatif yang tidak kembali jarang memberikan bukti signifikan
tentang asersi laporan keuangan selain aspek tertentu asersi keberadaan. Sebagai contoh,
konfirmasi negatif dapat memberikan beberapa bukti mengenai keberadaan pihak ketiga jika
konfirmasi negatif tersebut tidak kembali dengan suatu petunjuk bahwa alamat yang dikirimi
konfirmasi tidak diketahui. Namun, konfirmasi negatif yang tidak kembali tidak memberikan
bukti yang eksplisit bahwa pihak ketiga yang dituju menerima permintaan konfirmasi dan
memverifikasi kebenaran informasi yang dicantumkan dalam konfirmasi negatif tersebut.
Pengalaman Sebelumnya
2 3 Dalam menentukan efektivitas dan efisiensi penggunaan prosedur konfirmasi, auditor
dapat mempertimbangkan informasi dari audit tahun yang sebelumnya atau audit terhadap
entitas yang serupa. Informasi ini meliputi tingkat respon yang diterima, pengetahuan mengenai
salah saji yang diidentifikasi dalam audit tahun sebelumnya, dan pengetahuan tentang
ketidakakuratan informasi dalam konfirmasi yang diterima kembali. Sebagai contoh, jika
auditor mempunyai pengalaman tentang rendahnya tingkat respon yang diperoleh dari
permintaan konfirmasi yang didesain secara memadai dalam audit tahun sebelumnya, auditor
dapat mempertimbangkan untuk memperoleh bukti audit dari sumber lain selain dari
konfirmasi.
Sifat Informasi yang Dikonfirmasi
24 Pada waktu mendesain permintaan konfirmasi, auditor harus mempertimbangkan tipe
informasi yang siap dikonfirmasi oleh responden, karena sifat informasi yang dimintakan
konfirmasi dapat secara langsung berdampak terhadap kompetensi bukti dan tingkat respon yang
diperoleh. Sebagai contoh, sistem akuntansi yang diselenggarakan responden tertentu lebih
memudahkan konfirmasi terhadap transaksi tunggal daripada konfirmasi terhadap keseluruhan
saldo akun. Tambahan pula, responden kemungkinan tidak dapat memberikan
konfirmasi saldo utang angsuran, namun ia dapat memberikan konfirmasi apakah pembayaran yang
dilakukan mutakhir (up- t o-date) , jumlah pembayaran, dan syarat pokok pinjaman yang ditariknya.
25 Pemahaman auditor tentang transaksi dan perjanjian klien dengan pihak ketiga merupakan
kunci untuk menentukan informasi yang akan dikonfirmasi. Auditor harus memperoleh pemahaman
tentang substansi transaksi dan perjanjian tersebut untuk menentukan informasi semestinya yang
dicantumkan dalam permintaan konfirmasi. Auditor harus mempertimbangkan permintaan konfirmasi
tentang syarat-syarat perjanjian atau transaksi yang tidak biasa sebagai tambahan konfirmasi
terhadap jumlah rupiah. Sebagai contoh, auditor meminta konfirmasi tentang penjualan tagih dan
tahan¹ (bill and hold sale) sebagai tambahan konfirmasi terhadap jumlah rupiah t ransaksi
penjualan tersebut . Auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat perubahan lisan terhadap
perjanjian, seperti syarat pembayaran yang tidak biasa, atau hak bebas pelanggan untuk
mengembalikan barang yang telah dibeli. Bila auditor yakin terdapat tingkat risiko yang moderat atau
tinggi bahwa terdapat perubahan lisan yang signifikan terhadap perjanjian tertulis, ia harus
menanyakan mengenai keberadaan dan rincian perubahan terhadap perjanjian tertulis tersebut.
Salah satu metode untuk melaksanakan hal itu adalah dengan cara mengkonfirmasi balk syarat-syarat
perjanjian maupun kemungkinan adanya perubahan lisan terhadap perjanjian tertulis tersebut.
Responden
26 Auditor harus mengarahkan permintaan konfirmasi kepada pihak ketiga yang diyakini oleh
auditor memiliki pengetahuan mengenai informasi yang dikonfirmasi. Sebagai contoh, untuk
mengkonfirmasi jaminan lisan dan tertulis klien kepada lembaga keuangan, auditor harus
mengarahkan permintaan konfirmasinya kepada pejabat lembaga keuangan yang bertanggung jawab
atas hubungan antara lembaga keuangan tersebut dengan klien atau yang mengetahui informasi
mengenai transaksi atau jaminan tersebut.
27 Jika informasi tentang kompetensi, pengetahuan, motivasi, kemampuan, atau kemauan
untuk menjawab responden, atau tentang objektivitas dan kecenderungan responden untuk memihak
entitas yang diaudit2 diperoleh auditor, maka ia harus mempertimbangkan dampak informasi tersebut
atas pendesainan permintaan konfirmasi dan penilai hasil konfirmasi, termasuk penentuan apakah
diperlukan prosedur audit lain. Sebagai tambahan kemungkinan auditor menjumpai keadaan (seperti
transaksi signifikan yang terjadi pada akhir tahun yang berdampak material terhadap laporan
keuangan atau responden merupakan
__________________________________
1 Penjualan tagih dan tahan adalah penjualan barang dagangan yang ditagihkan kepada pelanggan sebelum barang diserahkan dan
barang tersebut ditahan di tangan penjual bagi kepentingan pelanggan.
2 SA Seksi 334 [PSA No. 34] Pihak yang Memiliki Hubungan I st imewa, paragraf 09 dan 10 memberikan panduan untuk
memeriksa transaksi antarpihak yang memiliki hubungan itimewa yang telah diidentifikasi oleh auditor.
penyimpan aktiva entitas yang diaudit dalam jumlah yang signifikan) yang mengharuskan
auditor untuk mempertinggi skeptisme profesional terhadap responden. Dalam keadaan
tersebut, auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat cukup dasar untuk menyimpulkan
bahwa permintaan konfirmasi yang dikirimkan kepada responden akan memberikan bukti yang
bermakna dan kompeten.

PELAKSANAAN PROSEDUR KONFIRMASI
28 Selama pelaksanaan prosedur konfirmasi, auditor harus mengawasi permintaan
konfirmasi dan jawabannya. Pengawasan permintaan konfirmasi3 berarti diadakannya
komunikasi langsung antara penerima yang dituju dan auditor untuk meminimumkan
kemungkinan terjadinya hasil konfirmasi yang memihak karena adanya campur tangan dan
pengubahan terhadap permintaan dan jawaban konfirmasi.
29 Kemungkinan terjadi situasi yang karena pertimbangan waktu atau pertimbangan lain,
responden memberikan jawaban atas permintaan konfirmasi dalam bentuk selain komunikasi
tertulis yang dikirimkan langsung kepada auditor. Bila komunikasi semacam itu diterima oleh
auditor, ia harus memperoleh bukti tambahan untuk mendukung keabsahan informasi yang
diterima dari responden tersebut. Sebagai contoh, jawaban melalui facsimile mengandung risiko
karena terdapat kesulitan untuk menentukan sumber jawaban yang diterima oleh auditor.
Untuk membatasi risiko yang bersangkutan dengan jawaban melalui facsimile dan ancaman
terhadap konfirmasi sebagai bukti audit yang sah, auditor harus mempertimbangkan langkahlangkah
pengamanan, seperti verifikasi sumber dan isi jawaban konfirmasi melalui facsimile
dengan mengadakan kontak telepon kepada pihak yang mengaku sebagai pengirim facsimile.
Sebagai tambahan, auditor harus mempertimbangkan untuk meminta kepada pihak yang
mengaku sebagai pengirim facsimile untuk mengirimkan konfirmasi asli langsung kepada
auditor. Konfirmasi lisan harus didokumentasikan dalam kertas kerja. Jika informasi dalam
konfirmasi lisan adalah signifikan, auditor harus meminta kepada pihak yang bersangkutan untuk
memberikan konfirmasi tertulis mengenai informasi tertentu langsung kepada auditor.
30 Bila auditor menggunakan permintaan konfirmasi selain bentuk konfirmasi negatif, ia
umumnya harus mengirimkan permintaan konfirmasi kedua atau seringkali ketiga kepada pihak
yang belum memberikan jawaban konfirmasi.
3 Kebutuhan untuk menyelenggarakan pengendalian tidak menghalangi auditor independen dalam
menggunakan auditor intern dalam proses konfirmasi. SA Seksi 322 [PSA No. 33] Pertimbangan Auditor atas Fungsi
Audit Intern dalam Audit Laporan Keuangan memberikan panduan dalam mempertimbangkan pekerjaan auditor
intern dan dalam menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langsung bagi auditor independen.


PROSEDUR ALTERNATIF
31 Bila auditor tidak menerima jawaban atas permintaan konfirmasi positif, ia harus menerapkan
prosedur alternatif terhadap informasi yang tidak diperoleh untuk memperoleh bukti yang diperlukan
guna mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah. Namun, penghilangan prosedur alternatif
dapat dilakukan (a) jika auditor tidak mengidentifikasi adanya faktor-faktor kualitatif yang tidak biasa atau
adanya karakteristik sistematik yang bersangkutan dengan informasi yang diperoleh jawabannya, seperti
semua jawaban yang tidak diterima bersangkutan dengan transaksi akhir tahun, (b) jika pengujian
terhadap jumlah lebih saji (overstatement), jawaban yang tidak diterima secara keseluruhan, bila
diproyeksikan sebagai 100% salah saji ke populasi dan ditambah dengan jumlah semua
perbedaan lain yang disesuaikan, tidak akan berdampak terhadap keputusan auditor mengenai
apakah laporan keuangan salah saji secara material.
32 Sifat prosedur alternatif bervariasi sesuai dengan akun dan asersi yang dituju. Sebagai contoh,
dalam pemeriksaan terhadap piutang usaha, prosedur alternatif dapat meliputi pemeriksaan
terhadap penerimaan kas setelah tanggal neraca (termasuk membandingkan penerimaan kas dengan
pos yang sesungguhnya dibayar), dokumen pengiriman, dokumentasi klien yang lain untuk memberikan
bukti asersi keberadaan. Sebagai contoh, dalam pemeriksaan terhadap utang usaha, prosedur alternatif
dapat berupa pemeriksaan pembayaran kas setelah tanggal neraca, korespondensi dengan pihak ketiga,
atau catatan lain untuk memberikan bukti mengenai asersi kelengkapan.

PENILAIAN TERHADAP HASIL PROSEDUR KONFIRMASI
33 Setelah melaksanakan prosedur alternatif, auditor harus menilai gabungan bukti yang diperoleh
dari konfirmasi dan dari prosedur alternatif untuk menentukan apakah bukti yang cukup telah
diperoleh mengenai semua asersi laporan keuangan yang bersangkutan Dalam melaksanakan
penilaian, auditor harus mempertimbangkan (a) keandalan konfirmasi dan prosedur alternatif, (b) sifat
penyimpangan, termasuk implikasi penyimpangan tersebut, baik secara kuantitatif maupun kualitatif,
(c) bukti yang dihasilkan dari prosedur lain dan (d) apakah bukti tambahan diperlukan. Jika gabungan
bukti yang dihasilkan dari konfirmasi, prosedur alternatif, dan prosedur lain tidak cukup, auditor harus
meminta konfirmasi tambahan atau memperluas pengujian lain, seperti pengujian secara rinci atau
prosedur analitik

KONFIRMASI PIUTANG USAHA
34 Untuk kepentingan Seksi ini, piutang usaha adalah:
a. Klaim entitas terhadap pelanggan yang timbul sebagai akibat penjualan barang atau jasa dalam
kegiatan bisnis normal, dan
b. Pinjaman yang diberikan oleh lembaga keuangan.

Konfirmasi piutang merupakan prosedur audit yang umum berlaku. Seperti diuraikan dalam
paragraf 06, umumnya dianggap bahwa bukti yang diperoleh dari pihak ketiga akan memberikan
bukti audit yang bermutu lebih tinggi kepada auditor dibandingkan dengan bukti yang diperoleh dari
dalam entitas yang diaudit. Oleh karena itu, terdapat anggapan bahwa auditor akan meminta
konfirmasi piutang usaha dalam suatu audit, kecuali jika terdapat salah satu dari keadaan berikut ini:
a. Piutang usaha merupakan jumlah yang tidak material dalam laporan keuangan
b. Penggunaan konfirmasi akan tidak efektif.4
c. Gabungan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian taksiran sedemikian rendah, dan
tingkat risiko taksiran tersebut, bersamaan dengan bukti yang diharapkan untuk diperoleh dari
prosedur analitik atau pengujian substantif rinci, adalah cukup untuk mengurangi risiko audit
ke tingkat yang cukup rendah untuk asersi laporan keuangan yang bersangkutan. Dalam banyak
situasi, baik konfirmasi piutang usaha maupun pengujian substantif rinci diperlukan untuk
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah bagi asersi laporan keuangan yang
bersangkutan.
35 Seorang auditor yang tidak meminta konfirmasi dalam pemeriksaan terhadap piutang
usaha harus mendokumentasikan bagaimana ia mengatasi anggapan tersebut.

TANGGAL BERLAKU EFEKTIF
36 Seksi ini berlaku efektif tanggal 1 Agustus 2001. Penerapan lebih awal dari tanggal efektif
berlakunya aturan dalam Seksi ini diizinkan. Masa transisi ditetapkan mulai dari 1 Agustus 2001
sampai dengan 31 Desember 2001. Dalam masa transisi tersebut berlaku standar yang terdapat dalam
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan Standar Profesional Akuntan Publik per
1 Januari 2001. Setelah tanggal 31 Desember 2001, hanya ketentuan dalam Seksi ini yang berlaku.
4 Sebagai contoh, jika berdasarkan pengalaman audit tahun yang lalu atau pengalaman dari perikatan yang
serupa, auditor berkesimpulan bahwa tingkat jawaban untuk permintaan konfirmasi yang didesain semestinya tidak akan cukup, atau jika jawaban diketahui atau diperkirakan tidak dapat dipercaya, auditor dapat menentukan bahwa penggunaan konfirmasi tidak akan efektif.