Rotating X-Steel Pointer

Kamis, 07 Oktober 2010

PEMERIKSAAN PIUTANG

Sifat dan Contoh Piutang
Sifat Piutang, menurut SAK :
Digolongkan menurut sumber terjadinya
1. Piutang Usaha  timbul dari penjualan barang dagangan atau jasa secara kredit
2. Piutang Lain-lain  timbul dari transaksi diluar kegiatan usaha normal perusahaan
Piutang Usaha dan Piutang Lain-lain yang diharapkan bisa ditagih dalam waktu satu tahun  Piutang Lancar
Piutang dinyatakan sebesar  jumlah tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih
Jumlah kotor piutang harus tetap disajikan pada neraca, diikuti penyisihan untuk piutang yang tidak dapat ditagih
Perkiraan piutang pemegang saham dan piutang perusahaan afiliasi harus dilaporkan tersendiri (tidak digabung dengan perkiraan piutang), karena sifatnya yang berbeda
Contoh rekening yang digolongkan piutang :
 Piutang Usaha, Wesel Tagih, Piutang Pegawai, Piutang Bunga, Uang Muka, Refundable Deposit (uang Jaminan), Piutang Lain-lain, Allowance for bad debts (penyisihan piutang tak tertagih)

Tujuan Pemeriksaan (Audit Objectives) Piutang
Untuk memeriksa apakah terdapat internal control yang cukup baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Adanya pemisahan tugas dan tanggung jawab yang melakukan penjualan, mengirimkan barang, melakukan penagihan, memberikan otorisasi atas penjualan kredit, membuat faktur penjualan dan melakukan pencatatan
Formulir yang digunakan bernomor urut tercetak (prenumbered)
Digunakan price list (daftar harga jual)
Diadakannya sub buku besar piutang atau kartu piutang (account receivable subledger card)
Setiap akhir bulan : dibuat aging schedule piutang (analisa umur piutang), saldo piutang setiap pelanggan dibandingkan (direconcile) dengan saldo piutang menurut buku besar dan setiap pelanggan dikirim monthly statement of account
Uang kas, check atau giro yang diterima dari pelanggan harus disetor dalam jumlah seutuhnya (intact)
Mutasi kredit diperkiraan piutang (buku besar dan sub buku besar) yang berasal dari retur penjualan dan penghapusan harus diotorisasi oleh pejabat berwenang
Setiap pinjaman yang diberikan kepada pegawai, direksi, pemegang saham dan perusahaan afiliasi harus diotorisasi oleh pejabat perusahaan yang berwenang

Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan auhenticity (ke ontetikan) piutang
Validity  apakah piutang itu sah, masih berlaku (diakui oleh yang mempunyai utang)
Authenticity  apakah piutang itu didukung oleh bukti yang otentik yang ditandatangi pelanggan
Untuk memeriksa collectibility dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts
Collectibility  kemungkinan tertagihnya piutang (dalam neraca)
Allowance for bad debts  jumlah yang diperkirakan tidak bisa ditagih, harus dibuatkan penyisihan dalam jumlah yang cukup, jika sudah pasti tidak bisa ditagih harus dihapuskan
Allowance terlalu besar  piutang disajikan terlalu kecil (understated), biaya penyisihan piutang terlalu besar (overstated), laba rugi understated
Allowance terlalu kecil  piutang yang disajikan overstated, biaya penyisihan piutang understated, laba rugi overstated

Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contingent liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes receivable)
 Wesel tagih yang didiskontokan ke bank sebelum tanggal jatuh tempo, harus diungkapkan sebagai contingent liability pada tanggal neraca
Untuk memeriksa apakah penyajian di Neraca sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, sebagai berikut :
Piutang usaha, wesel tagih dan piutang lain-lain harus disajikan secara terpisah
Piutang dinyatakan sebesar jumlah kotor tagihan dikurangi taksiran jumlah yang tidak dapat ditagih
Saldo kredit piutang individual, jika jumlahnya material harus disajikan dalam kelompok kewajiban
Piutang yang dijaminkan harus diungkapkan
Kewajiban bersyarat dalam hubungannya dengan penjualan piutang yang disertai perjanjian untuk dibeli kembali kepada suatu lembaga keuangan harus dijelaskan

Prosedur Pemeriksaan Piutang
Pahami dan evaluasi IC atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan penerimaan kas (lihat Exhibit 9-1 dan 9-2))
Buat Top Schedule (lihat Exhibit 9-4) dan Supporting Schedule piutang (lihat Exhibit 9-5 dan 9-9) per tanggal neraca
Minta aging schedule dari piutang usaha per tanggal neraca (lihat Exhibit 9-5)
Periksa mathematical accuracy-nya dan check individual balance ke subledger lalu totalnya ke general ledger
Test check umur piutang dari beberapa customer ke subledger piutang dan sales invoice
Kirimkan konfirmasi piutang (lihat Exhibit 9-6 s.d. 9-8)
Periksa subsequent collection

Periksa apakah ada wesel tagih yang didiskontokan untuk mengetahui kemungkinan adanya contingent liability
9. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan apakah jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil
10. Test sales cut-off (lihat Exhibit 9-10), periksa apakah barang yang dijual melalui invoice sebelum tanggal neraca, sudah dikirim per tanggal neraca dan periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya
11. Periksa notulen rapat, surat perjanjian, jawaban konfirmasi bank dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang yang dijadikan sebagai jaminan
12. Periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan PABU
13. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa (lihat Exhibit 9-4)


PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP PIUTANG

1. PENDAHULUAN
Piutang merupakan klaim kepada pihak lain atas uang, barang atau jasa yang dapat diterima dalam jangka waktu satu tahun, atau dalam satu siklus kegiatan perusahaan. Piutang umumnya disajikan di dalam neraca dalam dua kelompok :
1. Piutang dagang, dan
2. Piutang nondagang
Piutang dagang ini umumnya merupakan jumlah yang material di dalam neraca bila dibandingkan dengan piutang nondagang. Piutang nondagang timbul dari transaksi selain penjualan barang dan jasa kepada pihak luar, seperti piutang kepada karyawan, piutang penjualan saham, piutang klaim asuransi, piutang pengembalian pajak, piutang dividen dan bunga. Di dalam bab ini, akan diuraikan perancangan pengujian substantif terhadap piutang, kemudian akan dilanjutkan dengan prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian unsur piutang di dalam neraca dan tujuan pemeriksaan terhadap piutang . Bab ini akan diakhiri dengan pembahasan mengenai perancangan pengujian substantif terhadap piutang.

2. PRINSIP AKUNTANSI YANG LAZIM DALAM PENYAJIAN PIUTANG DI NERACA
Sebelum membahas pengujian substantif terhadap piutang, perlu diketahui terlebih dahulu prinsip akuntansi yang lazim dalam penyajian piutang di neraca berikut ini :
1. Piutang dagang harus disajikan di dalam neraca sebesar jumlah yang diperkirakan dapat ditagih dari debitur pada tanggal neraca. Piutang dagang disajikan di dalam neraca dalam jumlah bruto dikurangi dengan taksiran kerugian tidak tertagihnya piutang.
2. Jika perusahaan tidak membentuk cadangan kerugian piutang dagang, harus dicantumkan penjelasannya di dalam neraca bahwa saldo piutang dagang tersebut adalah jumlah bersih (neto).
3. Jika piutang dagang bersaldo material pada tanggal neraca, harus disajikan rinciannya di dalam neraca.
4. Piutang dagang yang bersaldo kredit (terdapat di dalam kartu piutang pada tanggal neraca harus disajikan dalam kelompok utang lancar).
5. Jika jumlahnya material, piutang nondagang harus disajikan terpisah dari piutang dagang.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi, 1992, Pemeriksaan Akuntan, Penerbit STIE YKPN, Yogyakarta
Boynton, dkk. 2003, Modern Auditing Edisi Ke-7, Penerbit Erlangga, Jakarta