Rotating X-Steel Pointer

Minggu, 18 April 2010

Analisa Rasio Keuangan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi
perusahaan, analis keuangan memerlukan beberapa tolak
ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau
atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan
yang satu dengan yang lainnya.

Menurut James C. Van Home (Sawir, 2001); "Analisis
dan interpretasi dari macam-macam rasio dapat
memberikan pandangan yang lebih baik tentang kondisi
keuangan dan prestasi perusahaan bagi para analis yang
ahli dan berpengalaman dibandingkan analisis yang
hanya didasarkan atas data keuangan sendiri-sendiri yang
tidak berbentuk rasio ".

Rasio analisis keuangan meliputi dua jenis
perbandingan. Pertama, analis dapat memperbandingkan
rasio sekarang dengan yang lalu dan yang akan datang
untuk perusahaan yang sama (perbandingan internal).
Kedua, perbandingan meliputi pebandingan lainnya yang
sejenis atau dengan rata-rata industri pada satu titik yang
sama (perbandingan ekstemal).

Rasio-rasio menurut Fred Weston Thomas E.
Copeland (Sawir, 2001) dikelompokan kedalam 5
kelompok dasar, yaitu: likuiditas, leverage, aktivitas,
profitabilitas, dan penilaian.

1. Analisis likuiditas perusahaan
Pada umumnya perhatian pertama analis keuangan
adalah likuiditas. Rasio likuiditas yang umum digunakan
adalah current ratio (rasio Lancar).
Current Ratio = Current Assets/Current Liabilities
(Rasio Lancar = Aktiva Lancar / Hutang Lancar)
Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum
digunakan untuk mengetahui kesanggupan memenuhi
kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunjukan
seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek
dipenuhi oleh aktiva yang dipekirakan menjadi uang
tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo
utang.
Rasio Likuiditas lain yang umum digunakan adalah
rasio Cepat (Quick Ratio atau Acid Test Ratio)
Quick Ratio = (Current Assets - Inventory) / Current Liabilities )
( Rasio Cepat = (Aktiva Lancar - Persediaan) / Hutang Lancar )
Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang tingkat
likuiditasnya rendah, sering mengalami fluktuasi harga,
dan unsur aktiva lancar ini sering menimbulkan kerugian
jika terjadi likuidasi. Jadi rasio cepat lebih baik dalam
memenuhi kewajiban jangka pendek.

2. Analisis Struktur Keuangan

Struktur keuangan adalah bagaimana cara perusahaan
mendanai aktivanya. Aktiva perusahaan didanai dengan
utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal
pemegang saham, sehingga seluruh sisi kanan dari neraca
memperlihatkan struktur keuangan.
Struktur modal adalah pendanaan permanen yang
terdiri utang jangka panjang, saham preferen, dan modal
pemegang sahaam. Nilai buku dari modal pemegang
saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau
surplus, modal dan akumulasi laba ditahan. Dengan
pcrsamaan:
Struktur Keuangan - Hutang Lancar = Struktur Modal
Pemilihan struktur keuangan merupakan masalah yang
menyangkut komposisi pendanaan yang akan digunakan
oleh perusahaan, yang pada akhirnya berarti penentuan
berapa banyak hutang (leverage keuangan) yang akan
digunakan oleh perusahaan untuk mendanai aktivanya.
Bila semua dana untuk membiayai aktiva perusahaan
berasal dari pemilik dalam bentuk saham biasa,
perusahaan tidak terikat pada kewajiban tetap untuk
membayar bunga atas hutang yang diambil dalam rangka
pendanaan perusahaan.
Bunga adalah biaya tetap keuangan yang harus dibayar
dan ditambahkan pada biaya tetap operasi tanpa
mempedulikan tingkat laba perusahaan. Jadi, suatu
perusahaan yang menggunakan utang akan lebih berisiko
daripada perusahaan tanpa utang, karena selain
mempunyai resiko bisnis, perusahaan yang menggunakan
hutang mempunyai resiko keuangan.
Resiko keuangan timbul karena penggunaan utang,
yang menyebabkan lebih besarnya variabilitas laba bersih
(net income).
Leverage keuangan adalah penggunaan hutang.
Apabila hasil pengembalian atas aktiva, yang ditunjukan
oleh besarnya rentabilitas ekonomis, lebih besar daripada
biaya hutang, leverage itu menguntungkan dan hasil
pengembalian atas modal (rentabilitas modal sendiri)
dengan penggunaan leverage ini juga akan meningkat.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan
tradeoff antara resiko dan pengembalian. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi keputusan sehubungan
dengan struktur modal. Yang pertama adalah resiko bisnis
perasahaan, atau tingkat resiko yang terkandung pada
aktiva perusahaan apabila ia tidak menggunakan hutang.
Makin besar resiko perusahaan, makin rendah resiko
utangnya yang optimal.
Faktor kunci yang kedua adalah posisi pajak
perusahaan. Alasan utama untuk menggunakan hutang
adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam
perhitungan pajak, sehingga meminimalkan biaya hutang
yang sesungguhnya.
Faktor ketiga adalah fleksibilitas keuangan, atau
kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan
yang masuk akal dalam kedaan yang kurang
menguntungkan.
Rasio-rasio leverage yang umum digunakan antara lain,
adalah: Rasio Utang terhadap Ekuitas atau DER (Debt to
Equity Ratio):
DER = Total Debt / Total Equity
DER = Total Hutang / Total Ekuitas)
Rasio ini menggambarkan perbandingan hutang dan
ekuitas dalam pendanaan perusahaan dan menunjukan
kemampuan modal sendiri perusahaan tersebut untuk
memenuhi seluruh kewajibannya.

3. Analisis Aktivitas Perusahaan

Rasio aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan
memanfaatkan semua sumber daya yang ada pada
pengendaliannya.
Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan
antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis
aktiva.
Rasio-rasio aktivitas yang umum digunakan adalah:
a. Rasio Perputaran Persediaan
(ITR = Inventory Turnover ratio)
ITR (at cost) = Cost of Goods Sold/Average Inventory
(Rasio Perputaran Persediaan=HPP/Rata2 Persediaan)
ITR (at market) = Sales/ Inventory
(Rasio Perputaran Persediaan=Penjualan/Persediaan)
Rasio perputaran persediaan mengukur efisiensi
pengelolaan persediaan barang dagangan. Rasio ini
merupakan indikasi yang cukup populer untuk
menilai efisiensi operasional, yang memperlihatkan
seberapa baiknya manajemen mengontrol modal
yang ada pada persediaan. Dan dua persamaan rasio
perputaran persediaan (at cost) dan rasio perputaran
persediaan (at market). Banyak lembaga peneliti
rasio keuangan yang lebih mengutamakan rasio
perputaran persediaan (at market) sehingga bila
ingin diperbandingkan dengan rasio industri, rasio
perputaran persediaan (at market) ini yang
digunakan.
b. Rasio Perputaran Total Aktiva
(Total Assets Turnover)
Total Assets Turnover = Sales / Total Assets
(Rasio Perputaran Total Aktiva = Penjualan/Total Aktiva)
Rasio ini menunjukan efektivitas penggunaan
seluruh harta perusahaan dalam rangka
menghasilkan penjualan atau menggambarkan
berapa rupiah penjualan bersih yang dapat
dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan
dalam bentuk harta perusahaan. Kalau
perputarannya lambat, ini menunjukan aktiva yang
dimiliki terlalu besar dibandingkan dengan
kemampuan menjual.

4. Analisis Profitabilitas ( Kemampulabaan ) Perusahaan

Profitabilitas (Kemampulabaan) merupakan akhir
bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen.
Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir
tentang efektivitas manajemen perusahaan, rasio ini
memberi gambaran tentang tingkat efektivitas
pengelolaan perusahaan. Rasio profitabilitas yang umum
digunakan antara lain :
a. Margin Laba kotor (Gross profit Margin)
Gross Profit Margin=(Sales - Cost of Goods Sold) / Sale
Margin Laba Kotor = (Penjualan - HPP) / Penjualan
Rasio ini mengukur efisiensi pengendalian harga
pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara
efisien. Dalam mengevaluasi dapat dilihat margin per
unit produk, bila rendah maka perusahaan tersebut
sensitif terhadap pesaingnya.
b. Margin Laba Bersih
(Net Profit Margin atau Propit Margin on Sales)
Net Profit Margin=Earning After Taxes(Net Income)/Sales
( Margin Laba Bersih = Laba Bersih / Penjualan)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap
penjualan. Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi
tergantung dari:
1) Operating Profit Margin, yaitu perbandingan antara
laba kotor usaha dan penjualan.
Operating Profit Margin = EBIT/ Sales
2) Perputaran Aktiva (Assets Turnover), yaitu
kecepatan berputarnya total asset dalam suatu
periode tertentu.
Total Assets Turnover = Sales / Total Aktiva
Rentabilitas Ekonomis dapat ditentukan dengan
mengalikan operating profit margin dengan total
assets turnover.
c. Hasil Pengembalian atas Total Aktiva atau ROI
(Return on Investment) atau ROA (Return on Assets).
ROI = EAT (Net Income) / Total Aktiva
Untuk menghitung ROI, ada yang ingin
menambahkan bunga setelah pajak dalam pembilang
dari rasio tersebut. Teori ini didasarkan pada
pendapat bahwa karena aktiva didanai oleh
pemegang saham dan kreditor, maka rasio harus
dapat memberikan ukuran produktivitas aktiva
dalam memberikan pengembalian kepada kedua
penanam modal itu.
ROI = ( EAT + Interest ( 1 - Tax)) / Total Assets
(ROI = ( Laba Bersih + Bunga )) / Total Aktiva)
d. Hasil Pengembalian atas Ekuitas atau ROE (Return
on Equity) atau return on net worth

ROE = EAT / Net Worth
( ROE = Laba Bersih / Ekuitas )
Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah
pemsahaan mengelola modal sendiri (net worth)
secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari
investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri
atau sering disebut rentabilitas usaha.

5. Analisis Penilaian Pasar

Rasio penilaian (Valuation Ratio) adalah ukuran yang
paling komprehensif untuk menilai hasil kerja
perusahaan, karena rasio tersebut mencerminkan
kombinasi pengaruh rasio-resiko dan rasio-hasil
pengembalian.
Rasio penilaian yang umum digunakan antara lain,
adalah: Rasio Harga terhadap Laba atau PER (Price to
Earnings Ratio);
PER = Current Price / Earnings per Share
(PER = Harga Saham / Laba per Saham)
Investor biasanya menghubungkan laba tahun berjalan
terhadap current price dengan menggunakan hubungan
rasio terhadap laba (Price Earnings Ratio, PER). Setelah
EPS untuk tahun mendatang (proyeksi) dapat ditaksir,
maka dengan mengalikan EPS dengan PER akan dapat
ditentukan suatu tingkat harga. PER adalah apa yang
investor bayar untuk aliran earnings. Atau dilihat dari
kebalikannya adalah apa yang investor dapatkan
(peroleh) dari investasi tersebut.
Investor dalam pasar modal yang sudah maju
menggunakan PER untuk mengukur apakah suatu saham
underpriced atau overpriced. PER adalah suatu rasio
sederhana yang diperoleh dengan membagi harga pasar
suatu saham dengan EPS. Besarnya deviden yang yang
dibayar perusahaan tergantung kepada besarnya EPS dan
rasio pembayaran deviden, yang menunjukan bagian laba
yang dibagikan sebagai deviden.