Penentuan laba atau profit merupakan salah satu fungsi penting dalam akuntansi konvensional, dimana transfer kesejahteraan bagi pihak-pihak yang berkaitan sangat ditentukan. Bonus karyawan dan deviden kepada para investor banyak dibagikan atas dasar besarnya laba yang dapat dihasilkan. Laba juga merupakan ukuran usaha dan prestasi manajemen, dimana mereka diberi imbalan atas dasar kinerja pekerjaannya. Laba juga merupakan penunjuk untuk melakukan investasi. Laba per saham (earning per share) yang berdasarkan jumlah laba merupakan indikator penting dimana nilai saham tergantung pada pembuatan keputusan investor apakah akan membeli, menjual, atau tetap akan mempertahankan investasinya. Definisi laba ada berbagai macam, banyak ahli yang mengemukakan definisi laba. Sterling (1975, 5) memberikan definisi tentang laba sebagai berikut : Income is the name given to a family of consepts in the world of ideas closely related to those of wealth and value. Selanjutnya Sterling menambahkan bahwa yang termasuk 'keluarga' dalam pengertian tersebut mengarah pada berbagai nama, antara lain personal income, business income, gross income, net income, taxable income, national income dan sebagainya. Kam (1990, 194) mengungkapkan definisi tentang laba (income) yang semakin jelas, sebagai berikut : Income is the change in the capital of an entity between two points in time, excluding changes due to investments by and distributions to owners, where capital is expressed in terms of value and based on a given scale. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa konsep laba mempunyai tiga unsur penting yaitu : nilai (value), modal (capital), dan skala (scale). Nilai (value) berkaitan dengan konsep nilai ekonomis, dimana preferensi seseorang terhadap suatu komoditas berlainan dengan orang lain karena adanya harapan akan adanya keuntungan pada masa yang akan datang. Capital (modal) merupakan aset bersih yang merupakan selisih antara seluruh aset dengan seluruh kewajiban. Modal itu sendiri mempunyai dua arti yaitu modal uang dan modal fisik. Sedangkan skala (scale) diperlukan dalam proses pengukuran agar dapat memberikan arti atas obyek yang diukur. Sedangkan Schanz (1896) seperti yang dikutip Sterling (1975, 7), mengemukakan definisi laba (income) sebagai : The entire difference between the value of assets at the end of the fiscal period and their value at the beginning, thus including every accretion-in money or kind, regular or irregular, from continuous or temporary sources-deducting only interest payments and capital losses. Definisi tersebut mengungkapkan pengertian laba ditinjau dari karakter laba itu sendiri. Laba dianggap sebagai selisih nilai aset diawal dan akhir periode fiskal yang dipengaruhi oleh adanya peningkatan nilai dikurangi dengan pembayaran bunga dan kerugian yang timbul. Definisi laba dari Schanz (1896) tersebut dilanjutkan oleh Haig pada tahun 1920 (Sterling 1990, 7) yaitu : Income is the money value of net accretion to economic power between two points in time (Haig, 1920). Konsep laba dalam struktur teori akuntansi dapat diketahui dengan menggunakan pendekatan sintaksis, semantis, dan pragmatis. Konsep laba secara sintaksis yaitu melalui aturan-aturan yang mendefinisikannya; secara semantis yaitu melalui hubungan pada realitas ekonomi yang mendasari; dan secara pragmatis yaitu melalui penggunaannya oleh investor tanpa memperhatikan bagaimana hal itu diukur atau apakah itu artinya ( Hendriksen dan Van Breda 2000, 329). Konsep laba juga menjadi pokok penafsiran dan aliran pemikiran yang berbeda-beda, yang masing-masing melontarkan keunggulan konseptual dan praktisnya masing-masing. Pada dasarnya ada empat aliran pemikiran berkenaan dengan pengukuran yang lebih baik atas laba usaha (Belkaoui 1997, 230), yaitu : 1. Aliran klasik yang dicirikan terutama oleh kepatuhan pada postulate unit pengukur dan prinsip biaya historis. Aliran ini dikenal secara umum dengan akuntansi biaya historis atau akuntansi historis. Aliran klasik menganggap 'laba akuntansi' sebagai laba usaha. 2. Aliran neo-klasik yang dicirikan terutama oleh pembangkangannya terhadap postulate unit-pengukur, pengakuannya atas perubahan tingkat harga umum, dan kepatuhan kepada prinsip biaya historis. Dikenal secara umum sebagai akuntansi biaya historis yang disesuaikan terhadap tingkat harga umum, konsep laba aliran neo-klasik ialah 'laba akuntansi yang disesuaikan dengan tingkat harga umum'. 3. Aliran radikal yang dicirikan oleh pilihannya atas nilai berjalan sebagai dasar penilaian. Aliran ini memilih harga sekarang (current value) sebagai dasar penilaian bukan historical cost lagi. Konsep ini dikenal dengan current value accounting, sedang perhitungan labanya disebut current income. 4. Aliran neo radikal yang menggunakan current value tetapi disesuaikan dengan perubahan tingkat harga umum. Konsep ini dikenal dengan general price level adjusted current value accounting, sedangkan perhitungan labanya disebut adjusted current income. Aliran-aliran tersebut menunjukkan bahwa konsep laba terus mengalami perkembangan. Argumen-argumen tentang pengukuran laba dapat diperluas menjadi tidak terbatas. Perkembangan konsep laba usaha ini juga mempunyai relevansi dengan perkembangan konsep laba dalam akuntansi syari'ah. Dalam akuntansi syari'ah, kesejahteraan dan laba merupakan dasar dalam penentuan zakat, baik zakat individu maupun zakat perusahaan (lembaga). Laba menjadi sangat penting karena sistem bunga dilarang dalam Islam, oleh karenanya tingkat pengembalian tetap (fixed return) atas modal yang telah ditetapkan sebelumnya dilarang dalam Islam. Profit atau laba menjadi sangat penting dalam akuntansi syari'ah jika dibandingkan dengan penentuan laba dalam akuntansi konvensional dimana laba hanya sebagai dasar bagi hal-hal yang berkaitan dengan keuangan secara material dan bersifat duniawi. Oleh karena itu pengukuran laba merupakan bagian utama dalam struktur teori akuntansi, sehingga pengkajian akan konsep laba lebih lanjut menjadi sangat penting, apalagi dikaitkan dengan konsep laba dalam akuntansi syari'ah.
Minggu, 19 September 2010
Pentingnya Konsep Laba Dalam Akuntansi
10.05
M AGUS SUDRAJAT